Alquran Langka di Situbondo, Berisi Tulisan Tangan dan Menggunakan Kulit Pohon

Zaini Zain

Reporter

Zaini Zain

Minggu, 10 Mei 2020 - 23:00

Editor

Ishomuddin
alquran-langka-di-situbondo-berisi-tulisan-tangan-dan-menggunakan-kulit-pohon

ALQURAN LANGKA. Pemerhati sejarah di Situbondo menyimpan mushaf Alquran langka yang ditulis dengan tangan dan media menulisnya menggunakan kulit pohon. Tampak Alquran tersebut saat diperlihatkan, Minggu, 10 Mei 2020. Foto: Hozaini

JATIMNET.COM, Situbondo – Sebelum teknologi modern berkembang di Indonesia, para ulama terdahulu menuliskan Alquran dengan tulisan tangan. Mushaf Alquran berisi tulisan tangan tersebut tergolong langka dan unik karena tidak diproduksi secara massal.

 

Seorang pemerhati sejarah asal Desa Duwet, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Abdul Halek, menyimpan Alquran kuno tulisan tangan. Selain ditulis dengan tulisan tangan, media menulisnya masih menggunakan lembaran dari kulit pohon.

 

Media menulisnya diperkirakan menggunakan daluang atau deluwang atau lembaran tipis yang dibuat dari kulit pohon daluang (broussonetia papyrifera) atau mulberry.

 

Deluwang juga sering disebut sebagai paper (kertas) mulberry. Kulit pohon ini sering dipakai untuk keperluan menulis dan bahkan dipakai untuk bahan pembuatan pakaian sebelum industri tekstil muncul.   

 

BACA JUGA: Pembaca Alquran "Raksasa" di Banyuwangi Bukan Sembarang Orang

 

Sayangnya, tidak ada petunjuk siapa penulisnya dan kapan Alquran ini ditulis. Sampulnya juga sudah rusak.

 

Halek mendapatkan Alquran tersebut dari salah seorang petani di Kecamatan Panji, Situbondo. “Saya beli dari seorang petani. Karena kurang terawat, ada sekitar 10 persen bagian mushaf Quran sudah rusak,” ujar Halek, Minggu, 10 Mei 2020.

 

ALQURAN LANGKA. Pemerhati sejarah di Situbondo, Abdul Halek, memperlihatkan Alquran langka yang ditulis dengan tangan dan media menulisnya menggunakan kulit pohon, Minggu, 10 Mei 2020. Foto: Hozaini

Menurut Halek, melihat dari kondisi fisik serta bahan yang digunakan, Alquran tersebut diperkirakan ditulis sekitar abad XV.

 

Ia berencana menyerahkan Alquran tersebut ke perpustakaan di desanya agar dijadikan literasi bagi masyarakat yang mau mendalami tentang sejarah.

 

BACA JUGA: Menghafal Alquran, Cara Bara Membahagiakan Orang Tuanya

 

“Saya banyak sekali koleksi buku-buku kono. Semuanya akan saya serahkan ke perpustakaan agar dijadikan bahan literasi,” katanya.

 

Halek mengaku suka mengoleksi benda-benda bersejarah. Selain berupa buku dan kitab-kitab, ia juga mengoleksi benda-benda kuono termasuk yang masih berhubungan dengan sejarah Kabupaten Situbondo.

 

Menurutnya, mengoleksi benda bersejarah sebagai bentuk melestarikan peradaban peninggalan leluhur. “Bila benda bersejarah ini tidak ada yang peduli, kita akan kesulitan mengenal sejarah masa lalu kita sendiri,” ujarnya.

Baca Juga