Logo

BPBD Jombang Imbau Masyarakat Waspadai Anomali Cuaca Akhir Pekan

Anomali cuaca berpotensi timbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung
Reporter:,Editor:

Rabu, 08 October 2025 08:40 UTC

BPBD Jombang Imbau Masyarakat Waspadai Anomali Cuaca Akhir Pekan

Kepala Pelaksana BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas saat diwawancarai di kantornya, Rabu 8 Oktober 2025. Foto: Taufiqur Rachman

JATIMNET.COM, JOMBANG - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang menetapkan status siaga waspada menghadapi anomali cuaca yang diprediksi terjadi pada akhir pekan ini. Perubahan cuaca yang ekstrem, dari panas terik tiba-tiba berubah menjadi hujan deras disertai angin kencang, berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi.

Kepala Pelaksana BPBD Jombang, Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, menjelaskan bahwa saat ini wilayah Jombang masih berada pada masa peralihan menuju musim penghujan.

“Sebagian wilayah Kabupaten Jombang belum sepenuhnya memasuki musim hujan. Kemungkinan besar, akhir Oktober nanti hujan mulai merata di seluruh wilayah,” tutur Wiku saat dikonfirmasi, Rabu 8 Oktober 2025.

BACA: Pemkab Batalkan Rencana Relokasi RSUD Jombang

 

Mengantisipasi kondisi tersebut, BPBD mengeluarkan tiga imbauan utama kepada masyarakat. Pengendara diimbau untuk lebih berhati-hati terhadap potensi pohon tumbang akibat angin kencang.

“Kami mengingatkan masyarakat agar memperhatikan perubahan cuaca secara berkala dan segera melapor ke perangkat desa atau langsung ke BPBD jika terjadi kejadian darurat,” tegasnya.

Selain itu, BPBD menyoroti Kecamatan Wonosalam sebagai kawasan rawan longsor yang membutuhkan kewaspadaan ekstra. Koordinasi dengan pemerintah desa pun terus diintensifkan, termasuk membuka jalur pelaporan cepat bagi warga.

BACA: 50 Persen Lebih Sampah di Jombang Tak Tertangani, DPRD Desak Pemkab Optimalkan Daur Ulang

 

“Karena adanya anomali cuaca, potensi cuaca ekstrem seperti angin kencang dan puting beliung masih bisa terjadi,” jelas Wiku.

Ia menambahkan, kondisi cuaca yang tidak stabil ini dipicu oleh melemahnya Monsun Australia yang menyebabkan musim kemarau tidak merata, serta meningkatnya suhu muka laut di selatan Indonesia yang mempertinggi kelembapan udara.

BPBD juga mencatat pengaruh fenomena atmosfer Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator, yang turut memperkuat pembentukan awan hujan lebat.

BACA: Lagi, Bocah Diserang Monyet Liar di Jombang dan Terluka

Untuk meminimalkan risiko, BPBD terus berkoordinasi dengan BMKG dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) guna memastikan pemantauan cuaca dilakukan secara real-time.

“Kewaspadaan bersama menjadi kunci menghadapi dinamika cuaca yang semakin sulit diprediksi,” pungkas Wiku.