Rabu, 04 September 2019 02:42 UTC
Ilustrasi Gilas Audi
JATIMNET.COM, Surabaya - Perayaan Kemerdekaan RI di Kota Surabaya tahun ini gaduhnya kebangetan. Gara-gara kerusuhan kecil dalam demo Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Asrama Kalasan, hubungan Surabaya-Papua menjadi tegang. Padahal selama ini adem ayem saja.
Demo mahasiswa pada 17 Agustus 2019 itu menuntut kemerdekaan Papua. Materi demo rupanya memicu reaksi sejumlah orang dari pelbagai organisasi masyarakat di Kota Buaya. Keributan pun pecah. Rekaman video kerusuhan yang diwarnai ujaran kebencian menyebar tak terbendung di media sosial dan aplikasi berbagi pesan hingga sampai ke tanah Papua.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini langsung meminta maaf kepada warga Papua terkait insiden keributan tersebut. Gubernur Papua Lukas Enembe juga membuat pernyataan yang mendinginkan. Tapi, alih-alih tenang, warga Papua terlanjur merespon dengan kerusuhan tak kalah hebatnya di sejumlah kota dan kabupaten di Papua.
Isu yang beredar, warga Surabaya mengusir warga Papua. Padahal isu tersebut sama sekali tidak benar. "Hubungan kami baik-baik saja. Tidak benar warga Papua diusir," kata Ketua Ikatan Keluarga Besar Papua di Surabaya (IKBPS) Pieter F Rumaseb kepada jatimnet.com beberapa waktu lalu.
Lalu bagaimana sih gambaran warga Papua di Surabaya? Infografis ini sedikit memberi gambaran betapa banyak warga dari bumi cenderawasih itu yang tinggal di kota pahlawan. Lintas profesi, mulai dari pekerja pabrik, PNS, pendeta, sampai pelajar dan mahasiswa.