Selasa, 01 September 2020 07:18 UTC
CARA PROTES. Petani di Desa Petunjungan, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo membakar hasil panen tembakaunya karena tak terjual. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Aksi pembakaran tembakau yang dilakukan petani di Desa Petunjungan, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo menjadi sorotan DPRD setempat. Pembakaran ini dipicu sejumlah gudang yang diindikasikan tidak menampung hasil panen petani.
Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Probolinggo, Wahid Nurahman mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan komunikasi dengan pemilik gudang. Salah satu poin yang ditemui adalah pemilik gudang tidak ingin tempatnya menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.
“Informasi yang saya terima, dalam waktu dekat gudang mau membuka. Mereka masih persiapan karena saat ini masih situasi pandemi Covid-19,” kata Wahid kepada awak media, Selasa 1 September 2020.
Sejumlah gudang, lanjut Wahid, tengah mempersiapkan tim dan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19. Para pekerja yang terlibat transaksi diwajibkan mengikuti rapid test baik sebelum maupun setelah gudang dibuka.
BACA JUGA: Kesal Tak Laku Dijual Petani Probolinggo Bakar Tanaman Tembakaunya
“Pemilik gudang meminta kesabaran petani hingga persiapannya selesai,” Wahid menambahkan.
Dalam kesempatan tersebut, Komisi II DPRD Kabupaten Probolinggo juga mendesak agar gudang memprioritaskan tembakau petani lokal. Adapun tembakau dari luar kota bisa dibeli apabila tembakau lokal sudah terserap.
Permasalahan lain yang disorot Komisi II DPRD Kabupaten Probolinggo adalah harga jual di pasaran. Wahid berharap harga jual disesuaikan dengan besaran operasional petani yang meliputi proses penanaman, perawatan, hingga panen.
“Jangan sampai harga beli tidak sebanding dengan modal petani, apalagi lebih murah dari biaya operasional,” Wahid.
BACA JUGA: Ini Penyebab Jatuhnya Harga Tembakau di Probolinggo
Informasi Jatimnet.com, harga pasaran daun tembakau bawah di kisaran Rp 10.000-15.000 per kilogram, atau lebih rendah dari musim panen sebelumnya yang terjual Rp 26.000 per kilogram. Sementara daun bagian atas di kisaran Rp 30.000 per kilogram.
Wahid pun meminta Pemkab Probolinggo mencarikan solusi atas masalah yang dihadapi petani tembakau saat ini. Karena di Kabupaten Probolinggo terdapat enam gudang yang sanggup menyerap tembakau petani lokal. Menurutnya, jika keenamnya menyerap panen dari luar kota, harga tembakau Kabupaten Probolinggo bisa jatuh.
Lebih jauh, DPRD Kabupaten Probolinggo mengusulkan adanya perda tentang tata niaga pertembakauan. Perda ini untuk menekan persoalan harga tembakau yang setiap tahun selalu muncul di Kabupaten Probolinggo.
BACA JUGA: Harga Tembakau Merosot, Petani Probolinggo Desak Pemda Potong Rantai Tengkulak
Sejauh ini produksi tembakau di Kabupaten Probolinggo setiap tahunnya semakin baik. Wahid mencontohkan tembakau di Kecamatan Krejengan kini tidak kalah dengan hasil panen di Kecamatan Paiton dan Kotaanyar. Padahal dulunya lahan di Krejengan tidak bagus untuk tanaman tembakau.
Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Probolinggo Taufik Alami kepada Jatimnet.com menjelaskan bahwa pihaknya telah mendatangi pihak gudang dan meminta pembelian tembakau petani.
“Ada beberapa alasan berbeda di tiap gudang. Dari hasil kunjungan yang kami lakukan disebabkan dampak Covid-19, stok masih banyak dan menunggu instruksi pusat,” tulis Taufik Alami melalui pesan singkat kepada Jatimnet.com, Selasa 1 September 2020.
Ke depan, pihaknya segera menggelar pertemuan dengan Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), DPRD dan pihak gudang menyikapi masalah tersebut. “Pertemuan ini kami harapkan menghasilkan solusi,” tegasnya.
