Logo

Kesal Tak Laku Dijual Petani Probolinggo Bakar Tanaman Tembakaunya

Reporter:,Editor:

Senin, 31 August 2020 09:00 UTC

Kesal Tak Laku Dijual Petani Probolinggo Bakar Tanaman Tembakaunya

PEMBAKARAN. Petani di Desa Petunjungan Kecamatan Paiton Yang Membakar Hasil Panen Daun Tembakaunya, Karena Tak Laku Dijual. Foto : Zulkiflie.

JATIMNET.COM, Probolinggo - Kecewa hasil panen daun tanaman tembakaunya tak bisa dijual, petani di Kabupaten Probolinggo nekat membabat habis tanaman tembakau yang tersisa lalu membakarnya. Aksi tersebut dilakukan beberapa petani di Desa Petunjungan, Kecamatan Paiton, Senin siang 31 Agustus 2020.

Dengan emosi, para petani membakar tanaman tembakau dan tembakau rajangan yang siap jual. Daun tembakau rajangan sendiri, lebih dari sepekan terakhir dibiarkan mangkrak oleh petani, akibat tak laku terjual. Tak terjualnya hasil panen tembakau petani sendiri, lantaran gudang tembakau di wilayah Kabupaten Probolinggo masih belum ada yang buka.

Petani Tembakau, Tahiruddin mengungkapkan, dirinya nekat membakar daun tembakaunya, lantaran kecewa tak bisa dijual kepasaran. Padahal dirinya, terang Tahiruddin saat ini tengah menanam sekitar 1 hektar tanaman tembakau.

"Saya kesal pak, karena tembakau saya masih belum bisa dijual. Penyebabnya ya karena gudang masih tutup, tapi kalo dipaksakan dijual sembarangan harganya malah murah," ujar Tahiruddin kepada Jatimnet.com

BACA JUGA: Petani Tembakau Probolinggo "Menjerit" Stok Pupuk Subsidi Sulit Dibeli

Tahiruddin mengatakan, saat ini hasil panen daun tembakau bagian bawah, hanya dihargai Rp 10 - 15 ribu perkilogram. Harga jual tersebut lebih murah, dibanding harga tembakau di musim panen sebelumnya yang mampu terjual hingga Rp 30 ribu perkilogram.

Lanjut Tahiruddin, kondisi jual beli daun tembakau di masa pandemi ini, sangat menyengsarakan para petani tembakau. Itu karena, petani juga dicekik biaya tanam dan perawatan tanaman tembakau yang cukup mahal. "Susah sekarang pak, sudah gak terjual pupuk subsidinya sulit dicari, nemu pun pupuknya harganya malah mahal,"pungkasnya.

Tahiruddin menambahkan, jika tutupnya gudang berlangsung cukup lama, dapat dipastikan petani merugi atau malah tak dapat penghasilan apapun. Hal senada dikatakan Supatma, salah seorang istri petani tembakau setempat. Supatma mengaku terpaksa berhutang, guna mencukupi kebutuhan makan keluarganya sehari-hari.

"Karena gudang gak buka, tembakaunya jadi gak laku dijual pak. Susah pak kalo begini, buat modal tanam saja kami dari utang ke bank. Sekarang malah gak terjual, ya ngutang lagi buat makan keluarga,"ungkapnya.

Sekadar informasi, luasan lahan tanam tembakau di Kabupaten Probolinggo sendiri tersebar di 9 kecamatan setempat. Meliputi Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Pakuniran, Besuk, Kraksaan, Krejengan, Gading, Pajarakan dan Maron. Ditengarai kondisi yang sama, juga dialami para petani tembakau yang ada di 9 kecamatan Kabupaten Probolinggo tersebut.