Jumat, 29 April 2022 04:20 UTC
Ilustrasi begal payudara. Presisi.co
JATIMNET.COM, Madiun – Penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polres Madiun belum mengetahui motivasi WD (25), melakukan ‘begal payudara’ dengan korban perempuan di bawah umur. Hingga kini, kejiwaan tersangka masih diperiksa oleh psikolog.
“Apakah ada kelainan atau tidak, psikologis tersangka masih diperiksa lebih lanjut,” kata Kapolres Madiun AKBP Anton Prasetyo, Jumat, 29 April 2022.
BACA JUGA : Korban ‘Begal Payudara’ di Madiun Dinyatakan Alami Trauma Ringan
Yang jelas, WD mengaku melakukan aksi ‘begal payudara’ sebagai bentuk pelampiasan dari permasalahan di keluarganya. Ia hendak dijodohkan dengan seorang perempuan pilihan orang tuanya. Namun, pemuda itu tidak bersedia.
“Ada permasalahan keluarga dan dengan melakukan perbuatan ini (‘begal payudara’), pelaku merasa puas,” ujar kapolres.
Pelecehan seksual itu berlangsung hingga delapan bulan terakhir. Ia menyasar perempuan yang tengah berjalan kaki di tepi jalan raya Kare – Cermo, Kecamatan Kare. Dengan mengendarai sepeda motor, WD mengikuti target dari belakang. Saat sepi, ia memegang payudara korban dan langsung melarikan diri. Hingga kini, sedikitnya enam korban sudah melaporkan ulah WD kepada polisi.
BACA JUGA : Kasus ‘Begal Payudara’ di Madiun, Tujuh Korban Lapor ke Polisi
Perkara itu merupakan bagian dari kasus yang ditangani tim Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Tim itu terdiri dari petugas Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPA), Unit PPA polres, organisasi sosial masyarakat, akademisi, dan sebagainya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DPPKBPPA Kabupaten Madiun, Widiarsih Murtanengrum mengatakan bahwa tim P2TP2A telah melakukan pendampingan terhadap korban ‘begal payudara’. Upaya itu untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan psikologis terhadap para korban.
“Setiap ada kasus kami selalu melakukan pendampingan. Tapi, sebelumnya masih assessment lebih dulu untuk mengukur pendampingan yang akan dilakukan,” ujar Widiarsih.