Logo

Diduga Mengandung Limbah B3, Tanah Uruk Bantaran Sungai Marmoyo akan Diuji

Reporter:,Editor:

Jumat, 27 September 2019 01:39 UTC

Diduga Mengandung Limbah B3, Tanah Uruk Bantaran Sungai Marmoyo akan Diuji

LIMBAH BATUBARA. Pengurukan tanggul di Sungai Marmoyo, Kemlagi, Mojokerto yang menggunakan limbah batubara. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Pemerintah Kabupaten Mojokerto akan menguji tanah urukan bantaran Sungai Marmoyo di Dusun Kembangan, Mojojajar Kecamatan Kemlagi. Jika terbukti mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), pemerintah menjanjikan akan menindak sesuai perundang-undangan. 

“Kami nantinya akan lakukan verifikasi ke lapangan,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Zainul Arifin melalui pesan singkat, Rabu 25 September 2019. 

Tinjauan ke lokasi itu, ia melanjutkan, akan dilakukan bersama Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur. Waktunya, kata dia, hingga kini belum ditentukan. Masih mencari waktu, soalnya DLH provinsi sedang padat agendanya," katanya, memberi alasan. 

Ia enggan berandai-andai tentang dugaan limbah B3 jadi tanah uruk. Yang jelas, “Nanti kami lihat kondisi di lapangan seperti apa,” katanya. 

BACA JUGA: GEI Bantah Tanah Urug Berasal dari Limbah Batu Bara

Hasil tinjauan itu, lanjut dia, sekaligus akan menentukan apakah kandungan tanah perlu diuji atau tidak. “Kalau memang terbukti limbah B3, hal itu sudah melanggar Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup," katanya. 

Tanah uruk bantaran Sungai Marmoyo di dusun itu, tepatnya di RT 03 RW 04, diduga kuat berasal limbah B3. Urukan sepanjang 150 meter itu diperkirakan berasal dari sisa pengolahan batu bara yang didatangkan oleh PT. GEI (Green Environmental Indonesia) atas permintaan kepala desa. 

Pihak PT. GEI telah membantah keterangan itu. 

BACA JUGA: PT GEI Akui Pengurukan Tanggul di Mojokerto Gunakan Limbah Batubara

Sementara itu, Kepala Polsek Kemlagi AKP Suwandi mengatakan telah mengunjungi lokasi untuk mengecek langsung dugaan itu pada Selasa, 24 September 2019. “Kalau sekilas, saya kesana kemarin, iya, tidak seperti limbah batu bara,” katanya. 

Menurut dia, urukan itu terlihat seperti tanah bercampur material pecahan cor. “Tapi saya mohon waktu untuk konfirmasi lagi ke yang memberi tanah uruk bersama-sama Pak Camat (Muspika)," katanya.