Sabtu, 09 November 2019 11:28 UTC
Ilustrasi kacamata. Foto: Unsplash
JATIMNET.COM, Surabaya – Sejumlah perusahaan di Jepang dikabarkan melarang pegawai perempuannya menggunakan kacamata saat bekerja. Larangan itu memantik reaksi protes dari masyarakat setempat.
Jaringan televisi Nippon TV dan Business Insider adalah media yang turut meliput isu ini. Mereka menyoroti bagaimana sejumlah industri yang berbeda, melarang perempuan mengenakan kacamata.
Media menyebutkan jika kacamata dianggap sebagai penggangu dalam hal keamanan di sektor penerbangan, atau menutup riasan di wajah bagi pekerja di sektor kecantikan.
BACA JUGA: Perempuan Hamil Gugat Kurir Karena Telat Antar Kondom
Belum jelas, apakah larangan itu berdasar kebijakan perusahaan atau hanya pandangan sosial yang diterima di tempat kerja mereka.
Namun, topik ini telah direspon dalam bentuk perdebatan sengit di sosial media.
Tanda pagar “kacamata adalah larangan” menjadi populer di Jepang. Topik itu terus dicuitkan hingga Jumat.
Kumiko Nemoto, profesor sosiologi dari Ilmu Internasional di Universitas Kyoto, mengatakan jika masyarakat Jepang sedang bereaksi terhadap kebijakan yang usang.
BACA JUGA: Komnas Perempuan Anggap Penundaan RUU PKS sebagai Langkah Mundur
Ia mengatakan: “Alasan mengapa perempuan dilarang menggunakan kacamata ...sungguh sangat tidak masuk akal. Ini semua tentang gender, dan diskriminasi.
Ia menambahkan jika laporan itu mencerminkan pola berfikir “orang Jepang yang kuno”.
“Ini bukan tentang bagaiaman perempuan bekerja. Perusahaan..menilai penampilan perempuan yang tampil feminin, dan itu berlawanan dengan seseorang yang mengenakan kacamata,” kata Prof Nemoto.
BACA JUGA: Dilarang Renang Pakai Burkini, Perempuan Muslim Prancis Lakukan Aksi Damai
Diskusi ini telah menggemakan lagi isu tentang sepatu tumit tinggi di tempat bekerja.
Aktor dan penulis Yumi Ishikawa meluncurkan petisi yang menyerukan warga Jepang untuk menyudahi aturan tentang gaya busana, setelah ia diminta mengenakan sepatu tumit tinggi dalam sebuah acara pemakaman.
Gerakan ini melahirkan dukungan dan banyak pengikuti di media sosial. Pendukung mencuitkan tagar #KuToo sebagai bentuk solidaritas dengan kasus Yumi, mengikuti gerakan #MeToo dalam perjuangan melawan kekerasan seksual.
Sumber: Bbc.com
