Logo

Di Balik Perjuangan Petugas Medis Penanganan Covid-19

Petugas Sering Mendapat Caci Maki dan Dimarahi Pasien PDP
Reporter:,Editor:

Minggu, 03 May 2020 11:00 UTC

Di Balik Perjuangan Petugas Medis Penanganan Covid-19

PETUGAS MEDIS COVID-19. Perjuangan petugas medis sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 patut diapresiasi. Ilustrator: Gilas Audi

JATIMNET.COM, Surabaya - Perjuangan petugas medis sebagai garda terdepan penanganan SARS CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) patut diapresiasi. Pasalnya, sebagian kecil dari mereka adalah petugas yang melakukan penyelidikan epidemiologi atau tracing terhadap orang dalam pemantauan (ODP) Covid-19.

Banyak cerita dari tim surveilans atau petugas tracing saat melaksanakan tugasnya di lapangan, mulai ditolak, dimarahi, diusir, dicaci maki oleh para ODP hingga orang tanpa gejala (OTG).

Adapun salah satu petugas surveilans yang pernah dimarah-marahi hingga dicaci maki oleh ODP adalah Achmad Fiqqi Fierly. Penanggungjawab surveilans dari Puskesmas Krembangan Selatan ini mengaku pernah dimarahi dan dicaci maki. Namun, hal yang diterima itu itu sudah dianggap sangat sering diterimanya selama wabah Covid-19 ini.

BACA JUGA: Tim Gugus Tugas Jatim Lacak Hasil Tes Swab Covid-19 165 Karyawan Sampoerna 

Bahkan, hal itu selalu menjadi penyedap rasa setiap harinya. “Di puskesmas itu kan ada beberapa tim yang diterjunkan. Tim itu punya grup WhatsApp, dan ceritanya di grup itu hampir sama semua, ya ada yang dimarah-marah lah dan ada yang dicaci maki,” kata Fiqqi.

Bahkan, Fiqqi mengakui di awal-awal melakukan tracing, berkali-kali dirinya dikatakan sebagai orang gila, tidak ada kerjaan, dan berbagai cacian yang sangat kurang enak di hati. Namun, karena itu tugas pekerjaan dan demi menolong warga Kota Surabaya, dia tetap melakukannya meski penuh dengan perjuangan.

“Yang paling sulit itu ketika ada OTG dan tidak sadar bahwa dirinya sakit, sehingga dia menolak untuk diisolasi dan diobati. Mereka selalu bilang saya ini sehat, kenapa harus diobati. Nah, yang seperti ini yang sangat butuh perjuangan. Luar biasalah pokoknya,” ia mengungkapkan.

BACA JUGA: Dianggap Lamban Tangani Kasus Covid-19 PT HM Sampoerna, Ini Bantahan Pemkot Surabaya

Fiqqi juga menjelaskan bahwa Covid-19 dan orang yang terkena virus itu, termasuk para tim medisnya, seakan dianggap aib di tengah-tengah masyarakat. Karenanya, ia sangat berharap kepada warga untuk sadar bahwa virus ini bukan aib seperti layaknya HIV AIDS.

“Ini wabah yang harus kita hadapi bersama, makanya saya selalu miris ketika melihat masih banyak yang tidak pakai masker dan tidak jaga jarak. Padahal, kami ini berjuang mati-matian untuk menolong pasien Covid-19 ini. Bahkan, kami sampai tidak memikirkan diri sendiri dan keluarga demi membantu saudara-saudara kita yang terkena Covid-19 ini. Jadi, ayo kita hadapi ini bersama-sama,” ia memungkasi.

Senada dengan Fiqqi, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita meminta stigma yang jelek tentang petugas medis harus dihindari. Sebaliknya, ia meminta masyarakat memberi dukungan penuh terhadap tim medis tersebut.

“Wabah ini harus dihadapi bersama-sama, kami tidak bisa sendirian, ayo kita dukung tim medis,” kata wanita yang akrab disapa Feny ini.