Jumat, 27 January 2023 00:20 UTC
Ilustrasi stunting. (Foto.Kemenkes)
JATIMNET.COM, Surabaya – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRINDA) Jawa Timur (Jatim) berusaha mendeteksi kasus stunting lebih dini melalui aplikasi Stunting Aps. Penelitian dengan menggunakan aplikasi digital tersebut mulai dilaksanakan di Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi.
“Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan sejak ditandatangani nota kesepakatan ini tanggal 25 Januari 2023,” kata Kepala Brida Jatim Andriyanto seperti dikutip dari laman resmi Dinas Kominfo Jatim, Jumat, 27 November 2023.
Dalam penelitian itu, pihak Brida menggandeng akademisi maupun peneliti dari Universtitas Negeri Surabaya (Unesa) dan Universitas Sunan Ampel Surabaya (Uinsa).
Baca Juga : Sering Sakit Maag Akibat Kebiasaan Menunda Sarapan, Mahasiswa ITS Ini Akhirnya Rancang ‘Sarapanku’
Kerjasama itu ditandai dengan ditekennya nota kesepakatan antara pihak dua universitas dengan Brida Jawa Timur pada Rabu kemarin.
Laman resmi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga menyebut angka stunting di Kabupaten Bondowoso pada tahun 2017 sebanyak 38,3 persen.
Dengan prosentase itu, daerah tersebut masuk dalam urutan jumlah kasus terbanyak di Jatim pada waktu itu. Berdasarkan informasi yang dihimpun, kondisi tersebut belum mengalami perubahan signifikan hingga akhir tahun 2022.
Baca Juga : BRIN Teliti Implikasi Pemimpin Perempuan pada Pendidikan di Kota Mojokerto
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AKB) Bondowoso tentang stunting yang masih sebanyak 37 persen. Dilansir dari situs berita situs berita Antara, di Kabupaten Banyuwangi, kasus stunting dialami 2.704 jiwa yang tercatat pada tahun 2022.
Jumlah tersebut mengalami penurunan sekitar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2021, tercatat 4.371 jiwa yang mengalami stunting. Oleh karena itu, penilitian oleh Brinda, Unesa dan Uinsa tentang kasus stunting di Bondowoso dan Banyuwanti nantinya sebagai bahan rekomendasi yang tepat yang menunjang kebijakan pembangunan.
Ke depan, kolaborasi dengan peneliti dari perguruan tinggi di Jatim akan terus dijalankan. “Harapan nota kesepakatan ini akan mendorong perkembangan sumber daya bidang pendidikan, kesehatan, produktivitas, peningkatan kemiskinan, pariwisata dan perekonomian Jawa Timur,” jelas Andriyanto.
