Logo

Debat Pilkada Surabaya, Direktur Eksekutif John Consulindo Menilai Tidak Imbang

Reporter:

Kamis, 05 November 2020 00:20 UTC

Debat Pilkada Surabaya, Direktur Eksekutif John Consulindo Menilai Tidak Imbang

ILUSTRASI PASLON PILKADA KOTA SURABAYA. Calon Kepala Daerah Kota Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji nomoir urut 1, dan Machfud Arifin-Mujiaman nomor 2. Ilustrator: Gilang

JATIMNET.COM, Surabaya - Debat pertama Pilkada Kota Surabaya 2020 diselenggarakan oleh KPU di Hotel J.W. Marriott, Rabu malam, 4 November 2020, menjadi kunci kualitas antara pasangan calon Eri Cahyadi-Armuji dan Machfud Arifin-Mujiaman.

Dalam debat ini, pasangan 1 tampak belum punya visi dan misi strategis untuk membangun Surabaya. Terutama Ery Cahyadi ,hanya menyampaikan kinerja pemerintahan Tri Rismaharini hampir tanpa rencana pembangunan yang pasti.

Sementara paslon 2, Mahfud mujiaman berani menegaskan rencana kerja yang bakal dilakukan. "Eri hanya menyampaikan keberhasilan Risma, bukan visi misinya. itupun banyak yang patah. semua terungkap kalau swlama ini pembangunan di Surabaya hanya fatamorgana," kata Direktur Eksekutif John Consulindo, Lasiono, Rabu 4 November 2020.

Menurut aktivis 98 ini, seharusnya Eri menyampaikan pula programnya meski maaih terkait Risma. "Saya melihat tidak ada programnya paalon 01," ujarnya.

Sementara mengenai paslon 2, Lasio menyampaikan lebih bebas menyampaikan programnya karena tidak terbebani kinerja wali kota sekarang. Memang dalam kesempatan debat ini, Eri hanya menekankan bahwa dia akan meneruskan apa yang telah dilakukan wali kota sebelumnya, Tri Rismaharini.

”Terima kasih Bu Risma, telah menjadi Surabaya sebagai kota dengan birokrasi terbaik. Kami akan melanjutkan keberhasilan Bu Risma, mentransformasi Surabaya menjadi kota yang lebih baik,” kata Eri.

Saat membaca visi-misi, Eri sedikit melebihi waktu 2,5 menit yang disediakan. Sehingga ada beberapa pesan yang tidak tersampaikan. Mendapatkan giliran kedua, Machfud membuka pidatonya dengan mengucapkan terima kasih kepada seluruh wali kota yang telah memimpin Surabaya. Mulai dari wali kota pertama sampai wali kota terakhir, Tri Rismaharini.

”Surabaya memiliki potensi sangat besar, akses pelabuhan dan bandara internasional. Kemampuan fiskal lebih dari Rp 10 T. Sehingga sudah selayaknya Surabaya naik kelas,” kata Machfud.

Dalam pidatonya, Machfud menyebut sudah bagus. Namun, itu terpusat di protokol. Banyak warga yang masih belum mendapatkan pelayanan yang baik. Surabaya di jantung kota memang dirasakan keindahan tamannya, tetapi Warga Surabaya berhak mendapat pelayanan dasar lebih baik.

 ”Banyak warga yang masih tinggal di rumah kumuh. Lebih dari 10 ribu warga yang belum memiliki jamban,” jelas Machfud. ”Kami akan memastikan kota Surabaya maju kotane, makmur wargane,” lanjutnya.

Machfud juga menyinggung soal kondisi pasar di Surabaya yang buruk. Padahal, pasar bisa menjadi penggerak roda ekonomi Surabaya. ”Masih banyak pasar tradisional kondisinya memprihatinkan, juga Pasar Turi yang lebih dari 10 tahun menjadi pasar turu,” kata Machfud.

Debat malam ini adalah debat pertama dari tiga debat menjelang coblosan pada 9 Desember nanti, Pilwali Surabaya akan menyelenggarakan tiga kali debat.  Debat pertama malam ini mengambil tema ”menjawab Permasalahan dan Tantangan Kota Surabaya di Era pandemi Covid-19.”

Tema ini sangat penting, mengingat Surabaya menjadi salah satu kota di Indonesia dengan korban tertinggi. Lebih dari 1 warga meninggal. Memang, kondisi Covid-19 sudah jauh membaik bulan Oktober sampai saat ini. Namun, penanganan yang kurang baik di awal pandemi, membuat korban begitu tinggi.

Saat ini, saat penularan dan kematian sudah menurun, Pemerintah Kota Surabaya dihadapkan tugas yang tidak kalah berat. Yaitu bagaimana membangkitkan perekonomian. Banyak sektor yang belum pulih seperti sediakala karena masih ada pembatasan pada beberapa sektor