Jumat, 10 April 2020 00:00 UTC
PEKERJA MIGRAN: Sedikitnya 1.633 Pekerja Migran (PMI) yang terdampak dari pandemi Covid-19 terkonfirmasi belum ada kepastian kembali ke negara tempat bekerja. Foto: Dok.
JATIMNET.COM, Surabaya - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut, setidaknya ada 1.633 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang terdampak pandemi SARS CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Mereka yang telah pulang ke tanah air ini terkonfirmasi tidak kembali ke negara tempat bekerja. "PMI yang kembali ke Indonesia dan berniat tidak kembali lagi atau belum ada kepastian, yang masuk dalam pendataan kami ada 1.633 orang," ujar Emil, Kamis 9 April 2020.
Mantan Bupati Trenggalek itu memastikan, para pekerja migran tersebut akan masuk dalam prioritas yang telah disiapkan pemerintah, berupa program pra kerja milik kemenaker.
Data PMI ini, kata Emil, nantinya masuk menjadi satu bersama pekerja lain yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan dirumahkan. "Angka ini sangat dinamis dan terus disampaikan langsung real time ke kemenaker, disnaker melakukan pendataan dan semuanya kita usulkan ke kemenaker agar bisa menjadi bagian dari program pra kerja," terangnya.
BACA JUGA: Rapid Test 154 Pekerja Migran Negatif, Tetap Dipantau 14 Hari
Sampai saat ini, informasi yang diterima Emil kuota pra kerja belum ada alokasi khusus untuk tiap daerah. Namun semua data tetap terus dilaporkan kepada kemenaker. "Untuk kuota pra kerja sendiri memang belum ada alokasi yang spesifik namun ini terus didata oleh kemenaker," tegasnya.
Selain program pra kerja, Pemprov Jatim juga menyiapkan stimulus ekonomi yang lain berupa cash for work (padat karya tunai) dan social safety net (jaring pengaman sosial).
Data terbaru untuk pekerja yang dirumahkan per Kamis 9 April 2020, sebanyak 20 ribu orang dan yang di PHK mencapai 3315 orang. Data Pempeov Jatim, pekerja yang di PHK ini dari 29 perusahaan.
Semua perusahaan itu tersebar di beberapa kabupaten/kota, seperti Gresik, Lamongan, Jombang, Blitar hingga Banyuwangi. Sedangkan untuk sektornya, paling banyak terjadi pada usaha perhotelan.
Tidak bisa dipungkiri sepanjang pandemi, perhotelan mengalami dampak yang cukup signifikan. Okupansinya merosot tajam dibanding sebelumnya.