Jumat, 21 December 2018 12:39 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jawa Timur memprotes dugaan adanya daging impor asal India. Padahal sesuai dengan surat edaran gubernur sudah ada larangan untuk impor daging.
“Tapi kami menemukan kardus bekas daging beku dari India dan Australia,” kata Ketua PPSDS Jatim Mutowif saat diwawancarai, Jumat 21 Desember 2018.
Mutowif mengungkapkan, pihaknya juga mendapatkan informasi bahwa setiap dua hari sekali ada daging beku impor masuk ke Jatim yang jumlahnya mencapai satu kontainer atau setara dengan 20 ton.
Menurutnya, dugaan ini diperkuat dengan jumlah sapi yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) yang turun drastis. Di tahun 2010-2013, jumlah sapi yang dipotong rata-rata sebanyak 300 ekor per hari. Namun tahun 2018, jumlah sapi yang dipotong turun menjadi 150 ekor per hari.
BACA JUGA: Tips Sehat Mengolah Daging Sapi
Padahal konsumsi daging di Jatim masih sama dan jumlah penduduk terus bertambah. “Berarti kan ada yang menyuplai kebutuhan daging segar selama ini. Pertanyaannya dari siapa?,” katanya.
Anggota paguyuban sendiri, kata Mutowif, resah dengan hal ini. Alasannya, daging beku asal India lebih murah ketimbang produk dalam negeri. Dia menyebut harga daging karkas (baru dipotong) Rp86 ribu - Rp87 ribu per kilogramnya.
Sebelum dikonsumsi perlu melalui proses lepas tulang yang menambah biaya. Berbeda dengan dengan daging beku India yang langsung siap jual dihargai Rp70 ribu per kilogramnya. “Jelas kami tidak bisa bersaing,” ujarnya.
Pihaknya sudah menyurati Dinas Peternakan agar bisa mengklarifikasi temuan ini. Mutowif mengungkapkan, berkaca pada pengalaman 2013 lalu, sempat ada bantahan terkait beredarnya daging impor. Namun saat diselidiki, dugaan tersebut terbukti dan ada izin impor daging sapi.
Paguyuban berharap, pekan depan bisa berdialog dengan dinas dan akan menggelar unjuk rasa jika tidak ada klarifikasi dari dinas terkait.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan drh. Wemmi Niamawati belum bisa dikonfirmasi. Saat ditelepon, hanya dijawab seorang pria yang mengaku sebagai ajudannya. “Ibu sedang rapat,” ujarnya.
Setelah Jatimnet mencoba menghubungi kembali nomor teleponnya tidak aktif. Padahal, sebelumnya disuruh untuk telepon.