Jumat, 19 March 2021 10:40 UTC
Hari Down Syndrome Internasional mengangkat tema #CONNECT, mengusung pentingnya terhubung dengan orang-orang dengan Down Syndrome dan disabilitas intelektual dalam konteks pandemi Covid-19
JATIMNET.COM, Surabaya - Sejak 2006, dunia merayakan Hari Down Syndrome Internasional setiap 21 Maret, sebagai simbol tiga salinan kromosom nomor 21 atau trisomy21, penyebab utama Down Syndrome.
Tahun ini, perayaan Hari Down Syndrome Internasional mengangkat tema #CONNECT, mengusung pentingnya terhubung dengan orang-orang dengan Down Syndrome dan disabilitas intelektual dalam konteks pandemi Covid-19 yang memperburuk kondisi ketimpangan yang telah ada.
Terlebih lagi, masa pandemi menuntut pemahaman dan pemanfaatan teknologi yang lebih dari sebelumnya agar orang-orang tetap dapat terhubung, sedangkan tidak semua kalangan masyarakat mampu mengakses teknologi tersebut.
Dalam rangka merayakan Hari Down Syndrome Internasional, Mitra Kunci, inisiatif pengembangan ketenagakerjaan inklusif dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID), mendukung Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Jawa Timur dan Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (POTADS) untuk menyelenggarakan acara bincang-bincang (talk show) daring bertema “Anak dengan Down Syndrome Bisa Berkarya” pada Minggu, 21 Maret 2021.
Baca Juga: Meski Memiliki Keterbatasan, Penyandang Disabilitas Ini Sukses Kembangkan Koper
“USAID Mitra Kunci bangga dapat turut mendukung BK3S Jawa Timur dan POTADS dalam acara talk show ini, sebagai bagian dari bentuk pendampingan kami lewat program EEE-PWD bagi Pemerintah Kota Surabaya dan Provinsi Jawa Timur untuk menjadi lebih inklusif,” kata Chief of Party USAID Mitra Kunci, Lensi Mursida, Jumat 19 Maret 2021.
Dukungan USAID Mitra Kunci ini merupakan bagian dari aktivitas program Pemberdayaan Ketenagakerjaan dan Kewirausahaan bagi Penyandang Disabilitas (Employment and Economic Empowerment of Persons with Disabilities atau EEE-PWD).
USAID Mitra Kunci mengimplementasikan program EEE-PWD di tujuh kota/kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kota Malang, Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi.
Program ini dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan tenaga kerja inklusif berbasis pasar.
Baca Juga: Arumi Bachsin Minta Anak Berkebutuhan Khusus Diberi Kesempatan Kerja
“Selain mengampanyekan kesadaran bagi masyarakat agar bisa hidup berdampingan bersama anak dengan Down Syndrome, acara ini juga diadakan untuk melihat peluang bagi mereka untuk bekerja di sektor formal maupun informal,” ia menjelaskan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan kasus Down Syndrome terjadi dalam 1:1.000-1.100 kelahiran di dunia, dengan angka harapan hidup mencapai di atas 50 tahun.
Sementara, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI mencatat, kasus Down Syndrome di Indonesia pada anak usia 24-59 bulan cenderung meningkat, dari 0,12 persen pada 2010 menjadi 0,13 persen pada 2013, dan mencapai 0,21 persen pada 2018.
Menurut data National Center on Health, Physical Activity and Disability (NCHPAD) Amerika Serikat pada 2015, 57 persen orang dewasa dengan Down Syndrome memiliki pekerjaan.
Baca Juga: POTADS Motivasi Orang Tua dengan Anak Down Syndrome
Namun hanya 3 persen di antaranya yang bekerja purnawaktu, dan kurang dari 3 persen yang berwirausaha. Di Indonesia, keadaannya tak jauh berbeda. Namun, dari yang segelintir itu, tersimpan potensi yang menyiratkan harapan.
Ketua Umum BK3S Jawa Timur, Pinky Saptandari menyebut beberapa nama anak muda dengan Down Syndrome yang telah berdaya dan mandiri menyapa dunia kerja.
Ia mencontohkan, Faisal misalnya, seorang model berusia 26 tahun yang kerap memeragakan busana karya perancang lokal, Edward (20 tahun) yang suka melukis dan kini berjualan masker kain bergambar karya-karyanya, dan Aswin (29 tahun) yang berbisnis kue kering dan mahir main piano
“Dalam konteks ketenagakerjaan dan kewirausahaan, orang-orang dengan Down Syndrome dapat dilibatkan karena mereka bekerja dengan sangat baik untuk pekerjaan yang sifatnya rutin dan berulang. Hanya saja, kurangnya edukasi tentang Down Syndrome membuat banyak pemberi kerja belum berani merekrut orang-orang dengan Down Syndrome,” ia menuturkan.
Baca Juga: Usia Kehamilan Kurangi Risiko Down Syndrome
Selain Pinky, pembicara lainnya dalam talk show adalah Farida Martarina selaku Ketua Persatuan Ikatan Keluarga (PIK) POTADS Jawa Timur, dan Aurella Agatha Sylvia yang merupakan pengusaha sekolah modeling A.M Models.
Talk show “Anak dengan Down Syndrome Bisa Berkarya” merupakan bagian dari kampanye peningkatan kesadaran tentang Down Syndrome oleh BK3S yang akan berlangsung sejak Sabtu, 20 Maret 2021, hingga Senin, 22 Maret 2021.
Acara ini akan turut diawali dengan sambutan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Timur Arumi Bachsin.