Senin, 30 December 2019 07:06 UTC
ILUSTRASI GALI SUMUR: Seorang tukang gali sumur. Ilustrastor: Bruriy Susanto
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Musim kemarau yang belum berakhir di sebagian wilayah Banyuwangi memberikan keuntungan bagi penggali sumur tradisional. Pasalnya di antara mereka kini panen job, dan mengerjakan hingga 4 lokasi per hari.
Misalnya Horib (50) penggali asal Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, yang banjir panggilan. Bahkan ia lebih dari 3 bulan terakhir bersama seorang rekannya tidak pernah libur menggali sumur agar semakin dalam dan mendapatkan air.
"Kalau tanahnya keras sehari gali 3 sumur, tapi kalau tanahnya empuk bisa 4 sumur," kata Horib, Senin, 30 Desember 2019.
Dari satu lokasi ke lokasi lain mereka berdua membawa berbagai peralatan penggalian tradisional seperti cangkul, kerekan, timba, dan lain-lain. Tak hanya rumah warga, petani yang ingin tetap tanam di musim kemarau juga menggunakan jasanya memperdalam sumur kering di sawah mereka.
BACA JUGA: 56 Tim SMA/SMK Banyuwangi Bangun Jembatan dari Spageti
Pengguna jasa sering mengunjungi Horib ke rumahnya atau di lokasi dia tengah menggali sumur. Tujuannya membujuk Horib agar mendahulukan sumur mereka untuk diperdalam daripada yang lain.
"Ini tadi saya masih gali di sini yang punya sawah nyusul kemari, disuruh ngerjakan yang sana," kata Horib setelah menggali sumur di rumah salah satu warga.
Setiap menggali sumur dia memperdalam 1 meter dengan upah Rp 250 ribu dibagi dua orang dalam tim kerja itu. Lalu pemilik sumur disarankan menyambung paralon pompa air sepanjang 75 sentimeter agar ujungnya tak sampai terantuk dasar.
Keluhan sumur kering disampaikan beberapa warga di Kecamatan Rogojampi dan Blimbingsari. Salah satunya Nihaya (52) yang juga menggunakan jasa gali sumur Horib.
BACA JUGA: Komunitas Banyuwangi Berkebun Reboisasi dengan 1.000 Bibit Sawo Kecik
Hampir sepekan sebelumnya dia mengaku air tidak keluar dari pompa karena sumur mengering. Dia tetap menggunakan jasa Horib meski harus menunggu antrean berhari-hari, untuk mendapatkan kualitas galian sumur yang bagus.
"Kalau yang lain tanah galian yang didapatkan tidak banyak, tambah dalamnya sedikit. Pak Horib dikenal lebih bagus kerjanya," kata dia.
Prakirawan Cuaca Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, Anjar Triono Hadi mengatakan musim kemarau tahun ini lebih lama 1 bulan dari prakiraan. Pasalnya terjadi gangguan siklus berupa badai siklon di wilayah Filipina.
"Telat masuk musim hujan sebagian wilayah Indonesia, terutama yang selatan, karena terdampak gangguan berupa badai siklon," kata Anjar di kantornya.
Dipaparkannya juga bahwa musim hujan di Banyuwangi belum merata. Wilayah pegunungan sudah mendapatkan curah air tinggi, namun dataran rendah masih mulai masuk musim hujan.
Dia menjelaskan peristiwa orografis dimana awan yang bergerak terantuk gunung, lalu menjadi uap air, yang menyebabkan hujan turun lebih awal di wilayah dataran tinggi Banyuwangi. Namun dikatakannya Januari nanti musim hujan diperkirakan sudah merata di Banyuwangi.
"Awal Desember masuk musim hujan Banyuwangi bagian tengah, barat, dan sebagian selatan. Seluruh Banyuwangi diperkirakan masuk musim hujan Januari nanti," kata Anjar.