Logo

Begini Ali Fauzi Sikapi Polemik Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir

Reporter:,Editor:

Jumat, 25 January 2019 12:06 UTC

Begini Ali Fauzi Sikapi Polemik Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir

Ilustrator: Gilas Audi

JATIMNET.COM, Surabaya - Direktur Yayasan Lingkar Perdamaian Ali Fauzi menilai Presiden Joko Widodo dalam posisi yang dilematis terkait pembebasan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir.

Dari sisi kemanusiaan, menurut dia, Jokowi melihat kesehatan Ba’asyir memburuk dan usianya terlalu tua. Sehingga, dikhawatirkan meninggal dalam penjara. “Jika hal tersebut terjadi, akan ada justifikasi bahwa penguasa, dalam hal ini Jokowi sangat zalim kepada para ulama,” katanya saat dihubungi Jatimnet.com, Kamis 24 Januari 2019.

BACA JUGA: Persyaratan Mendasar Pembebasan Baasyir, Jokowi: Setia NKRI dan Pancasila

Niat membebaskan Ba’asyir pun kian runyam karena berkembang menjadi komoditas politik menjelang pemilihan presiden 2019. Sikap pro dan kontra terhadap rencana itu berkembang, baik dari kalangan pendukung Jokowi maupun capres Prabowo Subianto. “Kalau masuk ranah politik, kan sudah lain bicaranya, jadi semrawut,” kata bekas terpidana kasus terorisme bom Bali itu.

Pada dasarnya, menurut dia, Ba’asyir tak mempermasalahkan pembebasan dirinya. Meski hidup di balik pengapnya penjara, Ba’asyir tak sedih maupun susah. Air mukanya selalu sumringah.

Sehingga, ia mengatakan, ada atau tidak syarat pembebasan dari pemerintah tak mengubah sikap Ba’asyir. “ABB punya prinsip. Tentu tidak mau. Jadi bebas atau tidak, no problem bagi dia,” tuturnya.

BACA JUGA: Wiranto: Pemerintah Masih Kaji Pembebasan Abu Bakar Ba'asyir

Ia menduga upaya membebaskan Ba’asyir dari keinginan keluarga. “Mungkin saja pembebasan ini keinginan keluarganya, anaknya yang kasihan pada bapaknya sehingga ada upaya dari keluarga mengajukan bebas,” ujarnya.

Ia mengingatkan masyarakat agar tak terjebak pada stigma pelaku teror bom di Indonesia pasti berkaitan dengan Ba’asyir. Sejak Ba’asyir ditangkap dan dipenjarakan, pemetaan aksi teror di Indonesia tak berkaitan dengan nama Ba’asyir.

Selama delapan tahun terakhir, para pelaku teror itu adalah kelompok baru yang berafiliasi dengan ISIS, JAT, dan JAD. “Ini yang perlu diluruskan,” katanya.