Logo

Becak Sadi, Becak Modifikasi untuk Tarik Minat Penumpang

Reporter:,Editor:

Selasa, 11 May 2021 08:00 UTC

Becak Sadi, Becak Modifikasi untuk Tarik Minat Penumpang

BECAK MODIFIKASI. Sadi, pemilik becak unik sedang menunggu penumpang di tepi Jalan Madura, Situbondo, Selasa, 11 Mei 2021. Foto: Hozaini

JATIMNET.COM, Situbondo – Sore itu hilir mudik kendaraan yang melintas di jalanan kota Situbondo begitu padat. Maklum, menjelang berbuka puasa banyak warga berburu takjil di pusat-pusat perbelanjaan atau pergi berbelanja menjelang Lebaran atau Idulfitri. Di antara kepadatan arus lalu lintas tersebut melintas sebuah becak unik mengundang perhatian pengendara.

Sayup-sayup terdengar suara musik religi “Allah Allah Aghitsna”dari becak nyentrik tersebut. Tak begitu lama, becak menepi di pojokan terminal di Jalan Madura Situbondo. Di antara deretan becak yang sedang parkir menunggu penumpang, becak berwarna hijau itu terlihat berbeda dibandingkan becak lainnya. Pengemudinya terlihat rapi mengenakan kacamata dan masker di wajah.

Becak Sadi, begitu abang becak lain menyebutnya. Becak yang sudah dimodifikasi tersebut ternyata  milik Sadi, 52 tahun, warga Kelurahan Mimbaan, Kecamatan Panji, Situbondo, Jawa Timur. Sadi memodifikasi becaknya untuk menarik minat menumpang, mengingat keberadaan becak saat ini sudah mulai tersisih dengan hadirnya mode transportasi modern seperti ojek online (ojol).

“Saya modifikasi becak ini mulai tahun 2011. Awalnya, becak saya rusak lalu saya beralih jadi becak mesin dan sekalian saya modifikasi jadi seperti ini,” ujarnya sambil menunjukan beberapa interior becaknya seperti tempat menyimpan HP yang tersambung menggunakan bluetooth ke pengeras suara musik, Senin, 10 Mei 2021.

Saat ini, mode transportasi becak memang mulai kurang diminati karena banyak warga beralih ke mode transportasi ojol. Selain harganya murah, penumpang lebih mudah memesan ojol karena cukup menggunakan smartphone. “Kalau ada penumpang turun dari bus saya tawari naik becak enggak mau, eh ternyata sudah pesan ojol,” ujarnya.

BACA JUGA: DPRD Minta Pemkot Bina Pengemudi Bentor Surabaya daripada Sekedar Penertiban

Tak hanya kalah bersaing dengan ojol, kondisi perekonomian di tengah pandemi Covid-19 kian membuat abang becak kesulitan mencari nafkah. Bahkan, banyak abang becak memilih beralih ke profesi lain karena menarik becak sudah dinilai tak lagi menjanjikan.

Bagi Sadi, menarik becak merupakan satu-satunya pekerjaan yang sulit ditinggalkan, karena bapak dengan dua orang anak itu sudah melakoninya sejak 43 tahun silam. Sadi kemudian ‘memutar otak’ dengan memodifikasi becaknya dengan cara menjual sepeda motor miliknya.

“Saya bekerja jadi abang becak sejak 1978 dan saat itu ongkosnya dari perumahan (Perumnas Panji Permai) ke terminal masih Rp75. Saya ini tak lulus SD, jadi sangat sulit mencari pekerjaan lain,” katanya.

Untuk memodifikasi becak agar penumpangnya merasa nyaman, Sadi menghabiskan biaya sekitar Rp11 juta dari hasil menjual sepeda motornya. Strategi Sadi ini terbilang berhasil. Meski penghasilannya tak sebanyak dulu, namun masih banyak penumpang menggunakan jasanya. Sadi juga selalu memberikan nomor handphone untuk memudahkan pelanggan menghubunginya.

“Banyak yang telpon pesan becak saya. Katanya becak saya nyaman, apalagi saya lengkapi dengan musik. Kalau musim hujan, saya sediakan terpal plastik khusus sehingga penumpang saya tidak basah,” tuturnya.

BACA JUGA: Pemprov Jatim Beri Bantuan Sembako bagi Ojol di Malang

Dalam memodifikasi becaknya, Sadi memberi tambahan atap dari depan atau atas kursi penumpang sampai bagian belakang tempatnya mengemudi. Sehingga jika hujan, penumpang maupun pengemudi becak aman dari hujan.

Sisi kanan dan kiri becak juga sudah ditutup dengan plastik transparan sehingga aman dari terpaan hujan disertai angin. Penumpang juga masih bisa melihat kondisi di luar atau jalanan untuk menikmati perjalanan.

Becaknya dibekali dengan mesin penggerak yang biasa digunakan untuk mesin penggilingan. Mesin ini berfungsi memutar as roda sehingga bisa berjalan. Mesin seperti ini banyak digunakan pada becak motor.

Setiap harinya ia masih bisa meraup penghasilan Rp50-70 ribu. Dibandingkan abang becak lainnya, penghasilannya itu sudah terbilang cukup besar, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Saat ini, Sadi memilih parkir di pojokan terminal atau menunggu panggilan penumpang langganannya di rumah.

“Kalau dulu (sebelum ada ojol) penghasilan saya bisa mencapai Rp200 ribu. Tapi saya tetap bersyukur karena dengan memodifikasi becak ini, penghasilan saya masih lumayan besar dibandingkan abang becak lainnya,” katanya.