Senin, 27 April 2020 02:15 UTC
JAM MALAM: Jalan Mojopahit Minggu 26 April 2020 yang menjadi salah satu kawasan Physical Distancing malam hari mulai 26 April 2020 kemarin, yang berdampak pada menurunnya pendapatan pedagang. Foto : Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Sehari setelah pemberlakuan jam malam, di ruas jalan protokol Kota Mojokerto sebagai antisipasi penyebaran SARS CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), pedagang kaki lima (PKL) mulai mengeluhkan pendapatannya yang drastis turun.
Salah satunya pedagang jus May Fejitawati (36), Ia dan suaminya Yudha (39), sudah tujuh tahun berjualan di Jalan Mojopahit merasakan dampaknya dari pandemi Covid-19, sejak diberlakukan jam malam.
Padahal sebelum pandemi, berjualan selama delapan jam dari pukul 15.00 WIB hingga 23.00 WIB, penghasilan dari berjualan jus sebesar Rp700 ribu. Namun, sejak diterapkan jam malam pendapatan turun drastis sampai 60 persen.
"Turun pendapatan dari awal April 2020, biasa normal sebelum pandemi Rp 700 ribu, pas pandemi Rp 300 ribu perhari. Sekarang pas jam tutup diajukan,malah gak sampai Rp 300 ribu hasilnya," kata May sembari menutup dagangannya, Minggu 26 April 2020.
BACA JUGA: Cegah Covid-19, Jam Malam di Mojokerto Diberlakukan
Pemberlakuan jam malam, dari pukul 19.00 WIB hingga pagi, May mulai membuka lapaknya harus lebih awal. Apalagi sekarang ini bulan ramadan, banyak masyarakat mencari menu untuk buka puasa.
"Kami buka pukul 15.00 WIB, tapi yang beli adanya pukul 17.00 WIB soalnya ini-kan bulan puasa. Terus pukul 18.30 WIB sudah mulai persiapan tutup, pengennya agak diundur jam malamnya, sekitar pukul 21.00 WIB atau pukul 22.00 WIB biar agak lumayan pendapatan kami," harapnya.
Hal senada juga dikatakan pedagang lainnya, Nonok (51), sejak tahun 2003 sudah berjualan pisang aroma bersama istrinya Mumun Maimunah, pendapatan dari jualan turun.
"Bukan ngaruh lagi, berasa sekali penurunan sampai 50 persen. Biasanya perhari dapat Rp 1,5 juta, sekarang malah gak sampai Rp 1 juta pendapatan kotor sehari," kata Nonok.
BACA JUGA: Marak Kriminalitas di Tengah Covid-19, Kapolres Mojokerto: Tembak Pelaku
Warga Lingkungan Sentanan ini, mengatakan, dirinya dan istri sangat berharap pemberlakuan jam malam dirubah tidak ada penutupan. Sebab, mempengaruhi penghasilan para pedagang yang beranggotakan 60 PKL tergabung di Paguyuban PKL Mojopahit.
"Inginnya diperbolehkan tetap jualan, kan yang beli juga jaga jarak, pakai masker. Terus habis beli langsung jalan, udah gitu pembeli ramainya kan habis tarawih. Pengennya yah boleh jualan sampai pukul 22.00 WIB, kan agak lumayan," dia mengharapkan
"Biasa normal buka dari pukul 16.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Sekarang pukul 19.00 WIB sudah harus ikut tutup, kaya kemarin (Sabtu 25 April 2020), kalau gak habis akhirnya yah dibawa pulang," katanya.
Tak ayal harapan yang samapun, diinginkan Nonok (51). Dimana Ia dan 60 PKL di sepanjang Jalan Mojopahit sejauh kurang lebih 1 kilometer ini bisa berjualan untuk memenehi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Pengennya yah dibolehkan tetap jualan, kan yang beli juga jaga jarak, pakai masker juga. Habis belikan langsung jalan, udah gitu pembeli ramainyakan habis tarawih. Pengennya jualan sampai pukul 22.00 WIB, kan agak lumayan," tuturnya.