Selasa, 08 September 2020 02:40 UTC
KOMUNITAS. Sejumlah anggota dari komunitas pemerhati linggkungan yakni Trash Control Comunity memberikan sapu kepada Sekpri Bupati Gresik sebagai simbolis pemkab Gresik tidak melakukan manajemen yang baik terkait pengelolahan sampah. Foto: Agus.
JATIMNET.COM, Gresik - Sejumlah perwakilan mahasiswi UINSA Surabaya yang tergabung dalam sebuah komunitas pemerhati lingkungan yakni Trash Control Community (TCC) mendatangi kantor Bupati Gresik dengan berpakaian pasukan kuning sembari membawa sapu.
Kedatangan para mahasiswi ini untuk beraudiensi langsung dengan Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto. Namun audiensi gagal karena Bupati tengah bertugas di luar kantor, hanya surat hasil penelitian dan sapu sebagai simbolis yang sempat diberikan lewat sekpri Bupati.
Diterangkan Ziadatur Rizkiyah, Ketua TCC mengaku telah melakukan penelitian kualitas air Sungai di Wilayah Gresik Utara (Bengawan Solo wilayah Bungah-Ujung pangkah) dan Gresik Selatan (Kali Brantas Hilir Wilayah Wringinanom-Driyorejo) dan Uji Mikroplastik pada Air, Ikan dan Udang.
Dari hasil penelitian yang di lakukan mereka menyimpulkan hal yang terjadi di sungai yaitu kualitas air sungai tercemar dan tidak layak menjadi bahan baku air minum. Karena tingginya total dissolved solid yang mencapai 5000 ppm.
BACA JUGA: Penanganan Sampah Plastik Belum Maksimal, Komunitas TCC Surati Gubernur Jatim
Kemudian air sungai terkontaminasi Mikroplastik di Bengawan Solo 55,2/ 100 L dan kali Brantas Hilir 18,5/ 100 L 3, semua jenis ikan dan udang yang ada di Ujung pangkah wetan dan Tajungsari terkontaminasi Mikroplastik.
"Temuan timbunan sampah di bantaran Sungai yang didominasi jenis sampah plastik dan penggunaan bantaran sebagai tempat pembuangan sampah, ada 54 lokasi pembuangan sampah di wilayah Kecamatan Bungah, Dusun Tajungsari dan Ujung Pangkah Wetan (Gresik Utara) dan Kecamatan Wringinanom dan Driyorejo (Gresik Selatan) bantaran Bengawan Solo dan Kali Surabaya," katanya saat ditemui, Senin 7 September 2020.
Tumpukan sampah, lanjutnya yang di dominasi sampah plastik, seperti popok, kresek kemasan sachet, styrofoam dan sampah lannya, mengalir masuk ke sungai saat bantaran tergenang banjir dan sampah plastik yang terdegradasi menjadi serpihan-serpıhan plastik berukuran lebih kecil dari 5 mm disebut mikroplastik.
"Mikroplastik akan membahayakan kehidupan biota sungai dan partikel mikroplastik semakın mudah menyebar dan mencemarı bagian air," ujar mahasiswi asal Kecamatan Sedayu, Gresik ini.
BACA JUGA: Kandungan Oksigen Sungai Brantas di Bawah Ambang
Fakta temuan TCC menunjukkan Pemkab Gresik tidak melakukan managemen Pengelolaan sampah dan pengelolaan tata ruang yang baik mengacu pada kebijakan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah dan Permen PUPR. Hal ini yang membuat pihaknya ingin beraudiensi dengan Bapak Bupati agar ada tindakan konkrit nantinya.
Senada Vidya Listya Nurina, dalam kajian TCC masyarakat disempadan sungai di wilayah Kabupaten Gresik menggunakan satu sampai dua ons sampah plastik, dimana membuat keprihatinan untuk masa depan masyarakat yang berpotensi penyakit berbahaya bagi masyarakat (kanker).
"Saat ini kami tidak bisa beraudiensi dengan Bupati, tadi diarahkan ke Dinas Lingkungan Hidup. Tiga hari kedepan kami akan lakukan hal serupa ke DLH. Tentu untuk menyikapi permasalahan ini. Minimal ada sikap dari pemerintah Kabupaten Gresik," timpalnya.
BACA JUGA: Peringati Hari Kemerdekaan, PPKS Temukan Fakta Gunungan Sampah di Sungai Surabaya-Gresik
Kembali disampaikan Ziadatur Rizkiyah, dari hasil temuan TCC membuktikan bahwa Pemkab Gresik gagal kendalikan timbunan sampah plastik, terutama di bengawan solo dan Brantas Hilir, yang merupakan daerah lindung dan ada larangan keras menjadikan sempadan menjadi tempat sampah.
"Kami mengusulkan agar Bupati Gresik memprioritaskan penanganan sampah plastik dengan membentuk relawan pengontrol timbulan sampah plastik dan memberlakukan patroli sungai. Serta membuat regulasi pengurangan penggunaan plastik sekali pakai seperti tas kresek, botol minum plastik, sachet, sedotan dan styrofoam," kata Mahasiswi Biologi semester V universitas Islam negeri Sunan Ampel Surabaya mempungkasi.