Logo

Awas, Psoriasis Bukan Penyakit Alergi

Reporter:,Editor:

Kamis, 22 November 2018 01:40 UTC

Awas, Psoriasis Bukan Penyakit Alergi

Penyakit psoriasis bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin, salah satunya dengan Narrow Band UV B. Foto : Nani Mashita

JATIMNET.COM, Surabaya  - Gejala dan ciri penyakit psoriasis (penyakit autoimun yang mengenai kulit) yang mirip dengan penyakit kulit pada umumnya atau alergi kadang membuat dokter salah dalam mendiagnosa. Sehingga penyakit psoriasis kerap dikira gejala alergi.  

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), Dr. dr.M. Y. Listiawan SpKK (K) FINSDV FAADV menjelaskan, kesalahan ini umum terjadi di dokter fasilitas kesehatan tingkat satu. “Memang banyak di sana tapi kita maklumi karena menangani banyak pasien dan ciri psoriasis ini hampir mirip dengan reaksi alergi,” katanya.

Padahal, kesalahan dalam pengobatan membuat penyakit ini menjadi lebih parah. Seluruh tubuh bisa seolah-olah akan terbakar karena lokasi psoriasis yang awalnya hanya di satu titik malah jadi menyebar ke seluruh tubuh.

“Kalau memang meragukan apakah alergi atau psoriasis, sebaiknya meminta rujukan dari faskes tingkat 1 untuk diperiksa ke fasilitas kesehatan yang ada dokter kulitnya. Karena salah penanganan malah seluruh tubuh jadi flare,” ungkapnya.  

Penyebab penyakit psoarisis ini sendiri masih belum diketahui secara pasti. Namun dugaan kuat disebabkan faktor genetis dan faktor lingkungan. Selain itu diduga ada kelainan autoimun dimana sel T (timus) pada tubuh sangat aktif sehingga ‘menyerang’ tubuhnya sendiri dalam hal ini sel keratin. Akibatnya muncul bercak merah, tebal, bersisik dan berwarna putih.

“Tandanya bisa dilihat secara kasat mata. Biasanya muncul di kepala, sikut, tengkuk, lutut atau siku,” jelasnya.  

Dia mengatakan penyembuhan psoarisis ini disesuaikan dengan tingkat keparahan yang diderita pasien. Beberapa pengobatan bisa dilakukan yaitu dengan krim topical, lotion, sampo serta salep yang mengandung tar batubara. Selain itu, dia menyarankan agar menghindari faktor pencetus psoriasis ini, salah satuya adalah stres.  

 “Stres bisa membuat penyakit psoarisis ini malah makin parah,” katanya.

Ditambahkannya, penyakit ini menyerang dari segala usia dan tidak mempertimbangkan jenis kelamin. Dari segi angka memang jumlah penderita psoariasis tidak banyak yaitu sekitar 1-2 persen saja total populasi di Indonesia.

Tapi dia mengingatkan karakter orang Indonesia biasanya baru datang ke dokter kalau kondisinya sudah parah. “Bisa saja sedikit karena tidak terdeteksi. Pengalaman dari beberapa pasien saya memang biasanya kondisinya sudah parah,” sesalnya.  

Sementara itu, Direktur Surabaya Skin Clinic dr. Ni Putu Susari Widianingsih SpKK FINSDV FAADV menuturkan stres memicu munculnya zat-zat mediator inflamasi. Alhasil, bercak-bercak merah makin banyak di tubuh pasien. “Yang membuat penyakit ini menjadi sulit dideteksi adalah adanya stigma masyarakat yang melihat jijik pada penyakit ini. Sehingga penderita merasa stres karena stigmatisasi ini yang membuat psoariasis malah lebih parah,” pungkasnya.