Logo

Arkeolog: Candi Gedog Diindikasi Kompleks Percandian Megah di Era Kerajaan Majapahit

Reporter:,Editor:

Rabu, 04 September 2019 13:57 UTC

Arkeolog: Candi Gedog Diindikasi Kompleks Percandian Megah di Era Kerajaan Majapahit

PENDATAAN: Arkeolog Wicaksono ketika melakukan pendataan di lokasi Candi Gedog di Kota Blitar. Foto: Yosibio

JATIMNET.COM, Blitar - Keberadaan Candi Gedog mendapatkan pengakuan dari arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Mojokerto. Ketua tim dari BPCB yang turun ke lokasi, Wicaksono Dwi Nugroho mengindikasi, lokasi ini merupakan komplek percandian yang megah.

Namun ukuran dan bentuk candinya memang belum bisa dipastikan. Sementara dari jenis batu andesit arca kala dan struktur tatanan batu bata mirip pondasi, diperkirakan ini peninggalan era Kerajaan Majapahit era abad 13-14 Masehi.

"Kalau dari hasil temuan berupa bata, batu andesit, dan arca kala, kami mengindikasi lokasi ini dulunya kompleks percandian yang cukup luas," ujar Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog dari BPCB Trowulan, usai melakukan pencatatan di lokasi Candi Gedog, Rabu 4 September 2019.

Kompleks candi ini diduga cukup megah, namun hancur setelah letusan Gunung Kelud. Sementara luasan dan bentuk candi memang belum bisa diketahui karena baru dicatat titik koordinatnya dengan GPS.

BACA JUGA: Lokasi Temuan Batu Diduga Arca Candi Gedog Ramai Kunjungan Warga

"Kalau dari titik koordinat yang kami ambil, diperkirakan luas areal kompleks percandian di lokasi sekitar 100 meter persegi," imbuh Wicaksono.

Tim BPCB Trowulan, Mojokerto mendata ada tujuh titik  benda yang diduga cagar budaya di lokasi penemuan batu kala. Tujuh titik benda yang diduga cagar budaya itu rata-rata berupa batu bata yang tertata mirip pondasi.

Batu bata yang tersusun seperti pondasi itu ditemukan di sisi selatan dan barat lokasi penemuan arca kepala kala. Sebagian batu bata kondisinya sudah pecah dan berserakan di saluran air irigasi sawah warga. Dari hasil pengecekan Tim BPCB, batu bata itu memiliki panjang 32-33 cm, lebar 21-23 cm, dan ketebalan 5-7 cm.

"Ada tujuh titik yang kami data. Temuannya berupa arca kala, batu andesit, dan batu bata yang terstruktur seperti pondasi," terangnya.

BATU BATA: Sebagian batu bata kondisinya sudah pecah dan berserakan di saluran air irigasi sawah warga. Foto: Yosibio.

Wicaksono menjelaskan, berdasarkan bentuk dan ukuran batu bata yang ditemukan di lokasi, kompleks percandian ini dibangun di era Kerajaan Majapahit. Menurutnya bangunan candi dari kombinasi batu bata dan batu andesit.

"Kalau dari susunan yang kami temukan ada perpaduan batu bata dan batu andesit pada bangunan candi. Kelihatannya ada kombinasi arsitektural pada bangunan candi. Kalau berdasarkan tipologi bata, candi itu dibangun pada era Majapahit," pungkasnya.