Logo
Penduduk boleh berefleksi menggunakan cara apapun yang dirasa benar.

Ardern Pimpin Selandia Baru Hening, Seminggu Pasca Teror Christchurch

Reporter:,Editor:

Jumat, 22 March 2019 05:26 UTC

Ardern Pimpin Selandia Baru Hening, Seminggu Pasca Teror Christchurch

Jacinda Ardern. Foto: WikimediaCommons

JATIMNET.COM, Surabaya - Sekitar 5.000 orang berkumpul di Hagley Park, dekat Masjid Al Noor Christchurch, Selandia Baru. Mereka mengheningkan cipta selama dua menit untuk korban penembakan teroris yang terjadi pekan lalu, Jumat 22 Maret 2019.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, ikut larut dalam keheningan di Hagley Park. Seruan mengheningkan cipta, juga disampaikan Ardern pada seluruh warga Selandia Baru.

"Selandia berduka untuk kalian. Kita semua satu," katanya dalam pidato singkat seusai mengheningkan cipta, dilansir dari reuters

BACA JUGA: Pemakaman Dua Korban Selandia Baru, Mereka Pengungsi Suriah

Di hari yang sama, Ardern sebelumnya menyerukan, agar warga Selandia Baru menyempatkan waktu hening sesaat, untuk melakukan refleksi, atas serangan teroris itu.

“Saya tahu, banyak warga Selandia Baru ingin menandai seminggu pasca serangan teroris dan mendukung komunitas muslim untuk kembali ke masjid,” katanya.

“Kita memiliki cara berbeda dalam berefleksi ketika hening. Semua orang bisa melakukan (cara berefleksi) apapun yang dirasa benar bagi mereka, dimanapun mereka berada, di rumah, di kantor, di sekolah,” katanya.

Di lokasi, Ardern terlihat mengenakan kerudung hitam dan setelan warna senada, dikelilingi para menteri dan aparat keamanan. Polisi perempuan juga mengenakan kerudung, dengan mawar merah di bajunya. 

BACA JUGA: Pelaku Penembakan di Selandia Baru Pamer Simbol Rasisme

Kebanyakan korban penembakan adalah para imigran atau pengungsi, dari berbagai negara, seperti Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, Turki, Somalia, Afghanistan dan Bangladesh. 

"Kita patah hati, tapi tidak hancur. Kita masih hidup, bersatu dan tidak akan membiarkan orang lain memisahkan kita," kata Imam Gamal Fouda, dalam doa yang disiarkan secara nasional. 

Dalam pidato yang berlangsung sekitar 20 menit, Imam Gamal mengatakan, melalui cinta dan kasih sayang, Selandia Baru tidak bisa dihancurkan. Dia berterima kasih kepada Ardern atas belas kasihnya. 

"Ini menjadi pelajaran bagi para pemimpin dunia. Terima kasih telah membuat keluarga kita dekat dan menghormati kita dengan jilbab sederhana," kata sang Imam tentang perdana menteri.

BACA JUGA: Teroris Christchurch Beli Senjata Online, Selandia Baru Ketatkan Aturan

Dia mengatakan, Islamophobia telah tidak memanusiakan umat Islam, dan menyerukan dunia untuk mengakhiri pidato kebencian, dan politik ketakutan. 

“Acara minggu lalu adalah bukti dan bukti bagi seluruh dunia bahwa terorisme tidak memiliki warna, ras atau agama. Bangkitnya supremasi kulit putih adalah ancaman global yang besar terhadap kemanusiaan dan ini harus berakhir sekarang, ”katanya.

Ribuan orang berkumpul di masjid-masjid di Wellington, Auckland dan kota-kota lain untuk salat. Ditempat yang sama, banyak non-Muslim hadir mengenakan kerudung dan jilbab. 

Gerakan #headscarfforharmony sedang tren di Twitter.

BACA JUGA: Indonesia Kecam Aksi Penembakan di Masjid Christchurch

"Kami mengenakan jilbab yang menunjukkan dukungan, cinta, dan solidaritas kami, dan berharap bahwa setiap orang yang melakukan ini akan menunjukkan kepada wanita Muslim ... bahwa mereka menyatu dengan kami," kata Robyn Molony, 65, bersama sekelompok temannya yang mengenakan penutup kepala, di Hagley Park. 

Muslim berjumlah lebih dari 1 persen dari populasi Selandia Baru, sebagian besar lahir di luar negeri. Pemakaman para korban dimulai pada hari Rabu, dengan pemakaman massal terakhir diharapkan setelah salat Jumat.

Warga Christchurch masih belum pulih dari gempa bumi dahsyat yang melanda pada 2011, menewaskan 185 dan melukai ribuan orang.

"Sejak gempa bumi, kami telah melalui banyak hal sebagai kota dan kami lebih peduli dan saling memperhatikan," kata James Sheehan, 62 tahun.