Senin, 26 August 2019 06:57 UTC
Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Ponorogo, Lis Suwarni. Foto: Gayuh Satria.
JATIMNET.COM, Ponorogo – Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kabupaten Ponorogo menilai angka kematian ibu hamil dan bayi masih cukup tinggi.
Berdasarkan catatan yang disampaikan, angka kematian ibu (AKI) sampai Agustus 2019 mencapai tujuh kejadian, sedangkan data angka kematian bayi (AKB) sampai Juli mencapai 74.
Angka ini diperkirakan akan terus naik mengingat 2019 baru melewati pertengahan tahun. Jika dibandingkan AKI pada tahun-tahun sebelumnya masih fluktuatif. Pada 2016 misalnya, terdapat 12 kejadian, sedangkan 2017 terdapat 18 kejadian, dan 2018 sembilan kejadian.
BACA JUGA: Dua Kecamatan Baru di Ponorogo Tunggu Proses Pembentukan Raperda
Sedangkan data AKB pada 2016 ada 177 kejadian, pada 2017 terdapat 155 kejadian, dan 2018 ada 134 kejadian. Terlihat kejadian AKB terus menurun di Ponorogo, penyebabnya dua faktor besar yang mempengaruhi AKI dan AKB di Ponorogo.
“AKI dipengaruhi faktor langsung dan tidak langsung,” kata Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Lis Suwarni, Senin 26 Agustus 2019.
Lis menjelaskan, faktor langsung untuk kejadian AKI adalah terkait kehamilan sang ibu. Jika proses kehamilan terjadi pendarahan, hipertensi, anemia, dan kejang, menjadi faktor tingginya kejadian AKI di Ponorogo tidak menentu.
Sedangkan faktor tidak langsung berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu hamil. Ia mencontohkan, jika ibu yang sudah didiagnosa tidak diperbolehkan hamil, namun tetap berkeinginan memiliki anak. Hal ini berpotensi membahayakan nyawa ibu.
BACA JUGA: 18 Bangunan Permanen di Pinggir Telaga Ngebel Tak Berijin
“Untuk kejadian AKI di Ponorogo paling banyak adalah pada faktor tidak langsung,” jelasnya.
Sedangkan beberapa hal yang berhubungan dengan kejadian AKB di Ponorogo adalah terkait kondisi ibu hamil, dan gangguan pernafasan, serta faktor berat badan lahir rendah (BBLR). Hal inilah yang menjadi penyebab utama kejadian tertinggi AKB di Ponorogo.
“Kenapa ada bayi BBLR, karena kondisi ibunya kurang gizi, anemia, dan faktor lainnya. Jadi lebih kalau bayi pada kondisi ibu yang paling banyak mempengaruhi,” pungkasnya.