Aksi Demo di Depan Grahadi, Polda Jatim Menyebutkan Didominasi Pelajar SMA/SMK

A. Baehaqi

Reporter

A. Baehaqi

Rabu, 14 Oktober 2020 - 03:00

aksi-demo-di-depan-grahadi-polda-jatim-menyebutkan-didominasi-pelajar-sma-smk

PELAJAR: Para pelajar terlihat dari belakang saat ikut melakukan aksi unjukrasa di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jalan Gubernur Jawa Timur, Kamis 8 Oktober 2020. Foto: Bruriy.

JATIMNET.COM, Surabaya - Aksi demontrasi penolakan Undang-undang Cipta Kerja di Jawa Timur menyisakan sejumlah fakta. Polda Jawa Timur menyebut dari massa yang diamankan saat demo 8 Oktober lalu, didominasi pelajar. 

Direktur Intelkam Polda Jatim Kombes Pol Slamet Hariyadi menyebut sekitar 65-70 persen dari pendemo yang berhasil diamankan di beberapa titik adalah siswa SMA/SMK. 

Karena itu, kata Slamet, pihak kepolisian, membuka kesempatan untuk koordinasi dengan dinas pendidikan dan sekolah-sekolah dalam melakukan pengawasan kepada pelajar. Para pendidik bisa meningkatkan sinergi dengan satuan-satuan Kepolisian baik di Polres dan Polsek di Jawa Timur.

"Bapak Ibu sekalian tidak perlu khawatir. Bapak Ibu sekalian tidak sendirian, kita akan selalu mendampingi untuk membina anak-anak kita," ujar Slamet Hariyadi disela mengikuti virtual meeting dengan Kepala sekolah SMA-SMK se jatim tentang Antisipasi Demo Omnibus Law di Grahadi, Selasa 13 Oktober 2020.

BACA JUGA: Cegah Siswa Ikut Demo, Khofifah Minta Kepsek Lakukan Pendekatan Orang Tua dan Teman Sebaya

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengaku telah meminta para kepala sekolah dan guru agar memantau semua kegiatan pelajar khususnya mulai pukul 10.00 hingga 14.00 siang. 

Selain itu, Wahid juga juga meminta agar guru wali kelas masuk ke dalam grup whatsapp grup pelajar untuk mempermudah pemantauan. "Saya ingin semua dipantau jam 10.00 sampai 14.00 siang termasuk hari Sabtu dan Minggu," kata Wahid. 

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta para Kepala Sekolah, Guru dan Kepala Cabang (Kacab) Dinas Pendidikan Jatim untuk melibatkan Komite Sekolah dan OSIS dalam proses pengawasan para pelajar.

Keikutsertaan Komite Sekolah dan OSIS, menurut Khofifah bisa menjadi pendekatan yang efektif dalam memberikan pengertian kepada pelajar agar tidak turut dalam aksi unjuk rasa. 

“Saya minta para kepala sekolah dan guru kelas mengundang Komite Sekolah, baik secara langsung maupun virtual. Begitu pula pengurus OSIS. Mereka diajak ikut untuk mengajak putera- puteri atau temannya agar tetap konsentrasi belajar,” kata Khofifah.

Baca Juga