Logo

Akademisi Usulkan Strategi Atasi Kemacetan Kota Malang

Reporter:

Minggu, 27 January 2019 22:49 UTC

Akademisi Usulkan Strategi Atasi Kemacetan Kota Malang

Ilustrator: GIlas Audi

JATIMNET.COM, Malang – Kemacetan Kota Malang dinilai lebih parah dibandingkan dengan Surabaya. Berdasar survei Traffic Score Board 2017 menempatkan Kota Malang di posisi ketiga sebagai kota termacet di Indonesia, di bawah Jakarta dan Bandung.

Data menyebutkan kendaraan bermotor di Kota Malang harus menghabiskan waktu selama 45 jam dalam setahun di tengah macet. Sementara pengendara di Kota Surabaya menghabiskan waktu selama 37 jam dalam setahun.

Sebagai pembanding, pengendara kendaraan bermotor di DKI Jakarta menghabiskan waktu 63 jam dalam kemacetan. Sedangkan Kota Kembang, Bandung 46 jam atau hanya berbeda satu jam dengan Kota Malang.

Kemacetan ini juga disebabkan kondisi jalan yang tidak berubah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Sementara lebar jalan hanya sedikit bertambah, harus mampu mengakomodir kenaikan volume kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat.

BACA JUGA: Pemkot Malang Wacanakan Bangun Underpass

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang tahun 2017, total ruas jalan di Kota Malang sudah mencapai 2.960, dengan panjang keseluruhan mencapai 1.221,2 kilometer, atau naik dari tahun sebelumnya, 1.027,11 kilometer.

Sementara jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang pada tahun yang sama mencapai 592.772, terbagi dari mobil penumpang sebanyak 95.320 unit, bus 997 unit, truk 20.438 unit, dan sepeda motor mencapai 476.017 unit.

Peneliti dan Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Malang Imma Widyawati Agustin mengatakan bahwa permasalahan kemacetan harus diselesaikan dengan penyediaan sarana transportasi yang terintegrasi dan menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi.

Dia mengusulkan agar sistem transportasi bisa meniru Tokyo atau Singapura. Dua kota tersebut memiliki pola grid perkotaan yang hampir sama dengan Kota Malang.

Pola grid perkotaan adalah sistem pola jalan bersudut berbentuk segi empat. Di mana, bagian-bagian kotanya dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang pararel.

BACA JUGA: Warga Kota Malang Keluhkan PKL, Pasar Hingga Kemacetan Parah

“Bisa mengadopsi dari Jepang atau Singapura. Keduanya memiliki pola yang sama dengan Kota Malang,” kata Imma.

Pola tersebut bisa menggunakan dua sistem yang bisa diterapkan di Malang Raya. Sistem pertama adalah penerapan Transit Oriented Development (TOD), atau pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan memaksimalkan penggunaan angkutan massal.

Kedua, penerapan Transportation Demand Management (TDM), atau upaya penerapan kebijakan untuk memaksimalkan efisiensi sistem transportasi perkotaan melalui pembatasan penggunaan kendaraan pribadi.

“TDM salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan. Prinsipnya mengurangi kendaraan pribadi, dan membuat kendaraan umum lebih menarik,” kata Imma.

Penerapan kedua sistem tersebut harus dibarengi dengan infrastruktur yang memadai dan harus disiapkan oleh Pemerintah Kota Malang. (ant)