Logo

Ada Pocong Atur Lalu Lintas di Siang Bolong

Reporter:,Editor:

Jumat, 15 February 2019 13:20 UTC

Ada Pocong Atur Lalu Lintas di Siang Bolong

Sutrisno memilih kostum pocong agar pengguna jalan lebih tertib berlalu lintas di Jalan Kutisari Selatan Surabaya. Foto: Khoirotul Latifiah.

JATIMNET.COM, Surabaya – Hati-hati bila melintas di Jalan Kutisari Selatan Surabaya sekitar pukul 14.00-21.00 WIB. Ada pocong di siang bolong. Jangan takut, dia tidak menakutkan dan tidak menggangu. Justru pocong ini banyak membantu.

Di bawah terik matahari yang panas Sutrisno (61) rela mengenakan baju pocong, serba putih. Mukanya dipoles dengan kombinasi cat warna putih di seluruh wajah, hitam di kelopak mata, dan merah di beberapa garis wajah untuk membentuk kucuran darah.

Itu gambaran pria asli Banyuwangi yang sehari-hari berada di pertigaan tersebut. Dia menjadi relawan mengatur lalu lintas demi kehidupan sehari-hari dan hadiah untuk kemenakan yang tinggal di Banyuwangi.

BACA JUGA: Upaya Pemkot Surabaya Kurangi Kemacetan Dengan Pedestrian

Kepada Jatimnet.com, dia tidak terbebani mengenakan kostum aneh dan unik untuk mengatur lalu lintas. Justru dia senang bisa menghibur dan menarik perhatian pengendara.

“Sudah terbiasa melukis wajah seperti ini, dan cat ini tidak menyebabkan iritasi atau gatal, nyaman-nyaman saja” kata Sutrisno saat ditemui di persimpangan Jl Kutisari Selatan, Jumat 15 Februari 2019.

Sutrisno mengaku tidak hanya memiliki kostum pocong. Dia juga kerap berganti kostum seperti pahlawan dari dalam maupun luar negeri. Mengenakan kostum yang aneh-aneh ini sudah berlangsung sejak pertama mengatur lalu lintas pada tahun 1998. Kostum-kostum yang dibuatpun merupakan karyanya sendiri.

“Pagi saya menyempatkan diri untuk membuat kostum yang akan saya pakai. Saat ini kurang lebih ada sepuluh kostum, diantaranya pocong, anoman, adat dayak, batman, spiderman dan masih banyak yang lain,” katanya.

Sutrisno bermukim di Surabaya sejak tahun 1971. Waktu itu pekerjaan yang digelutinya di bidang pembangunan. Dia menjadi pekerja panggilan proyek untuk seluruh wilayah Surabaya. Akan tetapi pada masa menjelang turunnya Presiden Soeharto pada 1998 lalu keadaan ekonomi  menurun dan buruh tidak dibayar.

BACA JUGA: Kenali Gedung Pencakar Langit Di Surabaya

Pada saat itu Sutrisno beralih menjadi penarik becak. Menjadi penarik becak tidak ada kaitanmya dengan reses negara, misal kehancuran, atau bekerja tanpa digaji dan masih banyak lainnya.

Karena rumah singgahnya berada di kawasan Kutisari Selatan, Sutrisno sering melewati persimpangan ini dalam kondisi macet dan sering terjadi perselisihan antar pengendara.

“Nah, karena kejadian itu saya berpikir keras, bagaimana agar persimpangan ini tidak membuat pengendara ribut karena kemacetan,” katanya. Alasannya pada pukul 14.00-21.00 lantaran kondisi jalan sedang padat dan sibuk.

Pantauan Jatimnet.com, Sutrisno cukup gigih mengatur lalu lintas di persimpangan Jalan Kutisari Selatan. Jika terdapat pengendara yang tidak tertib, Sutrisno menunduk selama kurang lebih 30 detik agar pengendara berhenti.

“Mulanya pengendara di sini susah diatur, masih ingin berebut untuk melintas lebih dulu, khususnya pengendara motor. Saya kerap kewalahan jika sedang dipadati kendaraan,” ungkapnya. Lama kelamaan pengguna jalan makin tertib setelah berganti kostum.