Logo

Wisata Siraman Gong Kiai Pradah Setiap Maulid di Blitar

Reporter:,Editor:

Selasa, 12 November 2019 05:10 UTC

Wisata Siraman Gong Kiai Pradah Setiap Maulid di Blitar

GONG. Proses jamasan Gong Kiai Pradah di Blitar, Senin 11 November 2019. Foto; Yosibio

JATIMNET.COM, Blitar - Ribuan pengunjung terlihat memadati area Alun-alun Lodoyo, Kelurahan Kalipang, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, sejak Senin 11 Nopember 2019, pagi. Lokasi yang berada di halaman kantor Kecamatan Sutojayan ini menjadi tempat Jamasan (siraman) Gong Kiai Pradah. Tradisi memandikan benda pusaka ini menjadi daya tarik ribuan pengunjung dari Blitar hingga mancanegara.

Mbah Pradah atau Kiai Pradah adalah alat musik gamelan berupa gong yang disucikan setiap Syawal dan Maulud, tepatnya pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabi’ul awal tahun Hijriyah.

Prosesi penjamasan Gong Kiai Pradah diawali dengan pembacaan goro-goro atau sejarah Gong Kiai Pradah oleh tokoh budaya setempat. Setelahnya, pusaka tersebut diambil oleh juru kunci dari pendopo lalu diarak ke tempat penjamasan untuk disucikan oleh bupati dan para tokoh.

BACA JUGA: Kebakaran Padam, Wisata Kawah Ijen Segera Dibuka Kembali

"Ini kegiatan yang setiap tahun kami adakan. Siraman Gong Kiai Pradah dilaksanakan di bulan Maulid. Ini acara tradisi peninggalan leluhur, maka kami wajib menguri-uri budayanya," ungkap Bupati Rijanto kepada wartawan di sela acara.

Jamasan Gong Kiai Pradah diselenggarakan setiap tahun dan sudah dilangsungkan secara turun temurun, konon sejak tahun 1.700 lalu. Tradisi Siraman Gong Kiai Pradah, menurut bupati, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh pemerintah pusat.

"Ya karena kegiatan ini sudah menjadi tradisi dari nenek moyang kami setiap tahunnya, diawali dari masyarakat lokal Sutojayan," imbuh Rijanto.

BACA JUGA: Hari Pahlawan, Empat Destinasi Wisata Sejarah di Surabaya Ini Layak Dikunjungi

Jamasan Kiai Pradah selalu dinanti ribuan orang setiap tahunnya. Pasalnya, pengunjung meyakini bahwa air bekas bilasan dan apapun yang melekat di pusaka Kiai Pradah bisa membawa keberkahan.

Pengunjung umumnya berebut mendapatkan air di bawah lokasi siraman yang berupa bangunan panggung dengan ketinggian sekitar empat meter.

Lokasi didesain memiliki sejumlah saluran yang mengalirkan air siraman ke berbagai sudut, dan menjadi rebutan pengunjung yang berjubel di bawahnya. Mereka juga membawa sejumlah botol plastik untuk diisi air siraman dan dibawa pulang.

BACA JUGA: Kunjungan Cruise di Gili Mas Tingkatkan Daya Saing Wisata NTB

"Masyarakat juga antusias sekali untuk datang, karena mereka percaya kalau mereka mendapat air dari bekas siraman Gong Kiai Pradah, mendapatkan berkah," imbuh Rijanto tentang antusias pengunjung yang selalu membludak setiap tahunya.

Bupati berharap, dengan digelarnya jamasan Gong Kiai Pradah ini dapat meningkatkan kunjungan wisata dan membawa dampak ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Blitar.

BACA JUGA: 6 Sungai Topang Transportasi dan Wisata Bahari

Pasalnya, setiap menjelang jamasan, pedagang dari berbagai daerah dan warga sekitar turut kebanjiran rezeki.

Beberapa hari sebelumnya, areal Alun-alun Lodoyo berubah layaknya pasar malam yang memanjakan pengunjungnya dengan aneka makanan dan hiburan.

"Kegiatan ini mempunyai multi efek yang sangat luar biasa, ekonomi rakyat kecil bergerak, misalnya pedagang kecil, pedagang kaki lima, UMKM, semua merasakan manfaatnya dari acara ritual Jamasan Gong Kiai Pradah ini," pungkas bupati.