Logo

Warga Mojokerto Keluhkan Bau Menyengat dari Pabrik Bioetanol PT Enero, Ini Tanggapan PT Enero

Reporter:,Editor:

Sabtu, 01 February 2025 04:00 UTC

Warga Mojokerto Keluhkan Bau Menyengat dari Pabrik Bioetanol PT Enero, Ini Tanggapan PT Enero

Pabrik bioetanol PT. Energi Agro Nusantara (Enero) di Desa Gempolkerep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Foto: Hasan

JATIMNET.COM, Mojokerto – Sejumlah warga di Desa Gempolkerep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, mengeluhkan bau tak sedap yang ditimbulkan dari salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Energi Agro Nusantara (Enero).

Polusi ini tiap hari kian bertambah parah. Baunya menyengat menusuk hidung hingga sesak napas. Walau begitu, warga harus menerima keadaan, meski berkali-kali mengadukan keluh kesah langsung ke pihak perusahaan tanpa adanya penyelesaian yang pasti. 

Hal itu disampaikan salah satu warga, Siti Robikoh, 44 tahun, dan tetangganya. Mereka tidak mau menerima dampak bau tak sedap yang ditimbulkan tiap kali perusahaan melakukan produksi. 

"Parah banget baunya, parah lah. Apalagi kalau pas produksi ada percikan air yang sampai ke sini, kalau kena baju putih langsung kuning dan enggak bisa hilang," ujarnya, Sabtu, 1 Februari 2025.

Rumah Siti hanya sekitar 10 meter dari pagar pabrik. Ia mengaku tidak pernah mendapat kompensasi imbas dampak aktivitas pabrik milik pemerintah itu. 

"Apanya (kompensasi atau CSR), belum pernah. Sekali-kalinya pas rumah terdampak ledakan tahun 2020 itu sesuai kerusakan. Saya dapat Rp1,5 juta," ujarnya. 

BACA: Ledakan Pabrik Bioethanol PT Enero Telan Korban Jiwa dan Rusak Rumah Warga

Siti pun menaruh harapan besar agar persoalan yang dihadapi bersama tetangganya ini diberikan solusi. Tetangga Siti turut berdatangan ingin menyampaikan aspirasi yang dinilai tak kunjung didengar. 

Protes bukan berarti tidak pernah dilakukan, bahkan warga mengaku sempat ditakut-takuti, diintimidasi saat hendak melakukan aksi demonstrasi. 

Intimidasi bukan datang dari pihak perusahaan, melainkan oknum pemerintah desa yang menyebut akan ditangkap jika ada aksi demonstrasi dari warga. 

Padahal, warga hanya ingin aspirasinya didengar dan mengakhiri polusi bau yang terus menusuk hidung hingga sebabkan sesak napas. 

Hal sama diakui Sukardi, 54 tahun, Ketua Rukun Tetangga (RT) 08 Rukun Warga (RW) 02. Banyak warga yang mengadu ke dirinya atas keluhan pencemaran bau dari pabrik Enero. 

Ia tak bisa berbuat banyak, upaya mediasi dengan pihak perusahaan juga pernah dilakukan. Namun, tak membuahkan hasil yang memihak masyarakat kecil. 

"Ada limbah udara, ya limbah air, terus terang saja, kalau masalah bau ya bau, kalau malam itu kayak bau gas sampai sesak," katanya. 

BACA: Lima Pekerja PT Enero di Mojokerto Terlibat Laka Kerja, Tiga Meninggal, Dua Dalam Perawatan

Saat menerima aduan warganya, Sukardi mengaku bingung harus mengadu kemana lagi, saat upaya mediasi buntu seakan tak didengar. 

"Saya harus mengadu kemana ini enggak bisa, sekitar jam 2 malam (baunya) kadang hilang kadang baunya pekat, tergantung angin," katanya. 

Paling parah, ia menyebut dampak yang ditimbulkan bukan hanya dari bau menyengat, kadang juga berdampak pada sumur yang tak layak konsumsi.  

"Kalau air itu, sumurnya kuning kalau malam, kelihatannya jernih langsung berubah hitam dan susah dibersihkan," katanya. 

Menurut Sukardi, sejak berproduksi sekitar tahun 2009 dan 2010, warga harus menerima kenyataan pahit limbah polusi udara berupa bau menyengat. 

"Pernah mengeluhkan, mendatangkan humasnya juga pernah, tapi ya belum ada solusi," katanya. 

Ada dua aspirasi yang diinginkan warga. Pertama adalah kompensasi, kedua adalah jaminan kesehatan. 

"Kami menuntut kompensasi, kedua kesehatan. Pengennya ya ada perhatian kesehatan, itu tidak ada sama sekali," katanya. 

BACA: Supervisor Pabrik Bioethanol PT Enero Tersangka Laka Kerja

Diakui olehnya, banyak dampak yang dirasakan masyarakat, mulai dari pusing hingga sesak napas. Hal itu dirasakan bukan hanya satu atau dua orang, tapi banyak. Terlebih dampak yang dialami oleh warga yang lokasinya di ring 1 atau sekitar radius 300 meter dari pagar pabrik. 

"Kebetulan di RT 08 ini mepet dengan pagar (pabrik), di RT 08 sendiri ada 63 Kartu Keluarga (KK), 60 rumah, kebetulan saya yang data," katanya. 

Warga lain takut saat protes, namun tidak bagi Sukardi, ia mewakili warga lainnya selalu menjadi garda terdepan saat protes. Bahkan ia tak takut dipenjara akibat memperjuangkan hak warganya. 

"Kalau masalah komplain saya yang selalu komplain, mewakili warga, saya tidak takut, kalau masalah dipenjara khan ya dikasih (diberi) makan," katanya. 

Keberaniannya juga tak berbanding lurus dengan kepuasan yang diterima warga. Ada juga yang membencinya. 

Ia menilai adanya perusahaan itu banyak warga yang merasa diadu dengan warga lainnya. Padahal yang diinginkan hanya solusi, bukan munculkan konflik baru. 

"Yang benci saya juga banyak, pihak keluarga yang bekerja, saya merasa diadu, padahal saya ingin solusi atas keluhan warga saya, di Dusun Sukosewu, Desa Gempolkerep," ucapnya. 

"Warga sering merasa diadu, malah ada yang tuding dapat kompensasi banyak, padahal tidak dapat sama sekali," katanya. 

Hingga beberapa tahun, warga berdampingan dengan perusahaan tak pernah diuntungkan. Bahkan kompensasi juga disebutnya tidak pernah menerima. 

"Sampai sekarang warga saya tidak ada, menerima," katanya. 

Terpisah, Humas PT. Energi Agro Nusantara, Misbahul Suhudi, membenarkan bau menyengat itu ditimbulkan dari perusahaannya. Saat ini pihaknya mengklaim telah fokus menangani sumber bau. 

"Sebagai wujud nyata komitmen perusahaan terhadap kenyamanan lingkungan, PT EAN selaku produsen Bahan Bakar Nabati (BBN) telah melakukan koordinasi secara intens dengan DLH Kabupaten Mojokerto atas masukan dan saran yang ditujukan kepada perusahaan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 31 Januari 2025. 

BACA: Satu Korban Tewas Kebocoran Gas PT. Enero Pengantin Baru 

Misbahul mengklaim pada Senin, 27 Januari 2025, telah dilakukan identifikasi sumber bau yang timbul berasal dari pembentukan Biogas yang belum sempurna terutama di kandungan gas metana (CH4). 

"Merespons hal tersebut, hari Selasa tanggal 28 Januari 2025, PT EAN berkoordinasi bersama DLH Kabupaten Mojokerto dengan hasil arahan yaitu PT EAN menunda proses produksi dan fokus tangani sumber bau," katanya. 

Menurutnya, faktor utama yang menjadi penyebab proses pembakaran tidak optimal itu dari kandungan gas metana (CH4) sulit terbentuk. 

Saat ini persoalan itu telah menjadi perhatian utama PT EAN dan salah satu upaya untuk menanggulangi bau adalah dengan flaring (pembakaran) secara masif dan mengupayakan kandungan gas metana (CH4) lekas terbentuk sempurna.

"Sebagai bentuk kongkret telah dilaksanakan pertemuan langsung antara PT EAN dan DLH Kabupaten Mojokerto bertempat di kantor DLH Kabupaten Mojokerto pada Kamis tanggal 30 Januari 2025 yang membahas langkah-langkah strategis untuk segera tangani sumber bau," katanya.

Langkah tersebut, di antaranya flaring secara intensif menggunakan empat buah unit flare yang saat ini tersedia serta mempersiapkan tambahan flare dengan kapasitas pembakaran 200 Nm3 per jam dan melakukan pemberitahuan kepada DLH Mojokerto terkait perkembangan kegiatan atas arahan yang telah disampaikan perusahaan.

"Atas komitmen penuh PT Energi Agro Nusantara (EAN) terhadap arahan yang diberikan, harapan DLH Mojokerto permasalahan yang timbul ini bisa teratasi," katanya. 

Perlu diketahui, Energi Agro Nusantara (Enero) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang produksi bioethanol Bahan Bakar Nabati (BBN) berbahan baku tetes tebu. 

Pengembangan produk tersebut untuk mendukung program strategis pemerintah terkait implementasi BBN yang terbarukan dan ramah lingkungan.