Kamis, 13 December 2018 01:53 UTC
Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit tahun 2019 sebesar 11.5 persen. Foto: Dok.
JATIMNET.COM, Jakarta – Kinerja industri perbankan Indonesia terus menunjukkan peningkatan seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dalam negeri sepanjang tahun 2018. Salah satunya ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit dan profitabilitas yang terus meningkat, serta kualitas aset yang stabil.
Sampai dengan September 2018, kredit industri perbankan Indonesia tumbuh 12,1 persen secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini merupakan pertumbuhan kredit tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Hal itu yang mendorong PT Bank Mandiri Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 11,5 persen pada 2019 atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit tahun ini yang diprediksi mencapai 13 persen.
“Loan tahun depan 11,5 persen, tahun ini sekitar 13 persen," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan, Rabu 12 Desember 2018.
BACA JUGA: Bank Mandiri Gerojok Pupuk Indonesia Rp12,8 Triliun
Sementara untuk menopang penyaluran kredit tahun 2019, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 10,63 persen, dibandingkan DPK tahun ini yang diperkirakan di kisaran 5,58 persen.
Namun demikian, industri perbankan Indonesia masih memiliki tantangan yang cukup besar ke depannya. Salah satunya tren kenaikan suku bunga acuan, kondisi likuiditas yang mengetat, dan volatilitas nilai tukar Rupiah.
"Ke depan kami cukup optimis dengan kinerja ekonomi dan juga industri perbankan nasional. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi akan lebih baik dari tahun ini, serta kembali stabilnya kondisi politik setelah penyelenggaraan pemilihan presiden dan legislatif 2019," urai Panji.
Sejalan dengan kondisi ekonomi dan industri perbankan Indonesia yang membaik, kinerja Bank Mandiri juga terus menunjukkan perbaikan. Dari sisi neraca, kredit secara konsolidasian tumbuh 13,8 persen (yoy) menjadi Rp 781,1 triliun, dimana pertumbuhan paling tinggi berasal dari segmen korporasi besar (tumbuh 28,7 persen yoy) dan Mikro (tumbuh 27,1 persen yoy).
Pertumbuhan kredit ini diiringi dengan perbaikan kualitas asset, dimana rasio kredit bermasalah (NPL) dapat ditekan menjadi 3,01 persen, atau turun 74 bps dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BACA JUGA: OJK Beri Restrukturisasi Kredit Terhadap Korban Gempa
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) secara konsolidasian tumbuh 9,2 persen (yoy) menjadi Rp 831,2 triliun, dengan komposisi dana murah sebesar 64,5 persen dari total DPK. Dari sisi laba-rugi, pendapatan bunga bersih tumbuh 4,2 persen (yoy) menjadi Rp 40,5 triliun.
Sementara pendapatan non-bunga tumbuh 11,4 persen (yoy) menjadi Rp 18,8 triliun, terutama diperoleh dari bisnis forex treasury, cash recovery, dan penyelesaian masalah pajak. Dengan pengendalian biaya yang ketat, biaya operasional Bank Mandiri juga dapat terjaga sehingga hanya tumbuh 6,3 persen (yoy).
Pada akhirnya, laba bersih Bank Mandiri tumbuh 20 persen (yoy) menjadi Rp 18,1 triliun, yang ditopang oleh pertumbuhan laba operasional sebelum beban cadangan (PPOP) yang baik dan biaya kredit yang lebih rendah.
“Ke depannya kami sangat optimis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan juga membaiknya kinerja industri perbankan secara keseluruhan,” ujar Panji. (ant)