Minggu, 01 November 2020 13:20 UTC
Sekretaris MUI Kabupaten Probolinggo Yasin. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Kecaman pada Presiden Prancis Emanuel Macron yang menyebut Islam sedang mengalami krisis terkait radikalisme terus datang dari berbagai pihak, tak terkecuali Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo.
Pernyataan kontroversi Macron itu keluar setelah ada pembunuhan pada seorang guru Sejarah di Paris. Gyry tersebut dibunuh setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad pda murid-muridnya.
Sekretaris MUI Kabupaten Probolinggo Yasin menyesalkan pernyataan Macron. Menurutnya, sebagai sosok presiden yang memimpin negara maju, seharusnya Macron bisa menjadi contoh yang baik bagi negara lainnya.
"Semestinya berikan contoh berdemokrasi dan toleransi yang baik bagi negara lainnya. Dan harusnya saling menjaga dan menghormati," kata Yasin, Minggu, 1 November 2020.
BACA JUGA: Kemkominfo Gandeng BNPT Lawan Radikalisme di Dunia Maya
Apalagi menurut Yasin, Macron juga tak mempermasalahkan majalah mingguan Prancis, Charlie Hebdo, yang memuat karikatur Nabi Muhammad SAW.
"Kita tahu menurut keyakinan umat Islam, Nabi Muhammad merupakan sosok yang sangat mulia dan tidak bisa digambarkan, karena tidak sama dengan apapun di dunia ini. Namun itu malah digambar dalam bentuk karikatur," katanya.
Apa yang dilakukan Macron, menurut Yasin, bukan bentuk kebebasan berekspresi. Menurutnya, segala sesuatu yang menyangkut isu SARA ada aturannya.
"Ada tanggung jawab, bukan sebebas-bebasnya tanpa aturan," katanya.
BACA JUGA: Tangkal Radikalisme Lewat Peran Bu Nyai
Ia meminta pemerintah Indonesia mengakomodasi imbauan MUI pusat terkait pernyataan Macron yang mendiskreditkan Islam.
Dalam surat edaran 30 Oktober 2020, MUI pusat tak hanya meminta pemerintah Indonesia mendesak Macron meminta maaf, namun juga mengimbau pemboikotan semua produk barang asal Prancis.
Bahkan MUI menyarankan agar pemerintah Indonesia sementara menarik Duta Besar Republik Indonesia di Paris hingga Macron meminta maaf dan mencabut ucapannya.