Logo

Tak Sanggup Lagi Merawat, Nenek Ini Serahkan Buaya Muara ke BKSDA

Buaya Peliharaan Peninggalan Suami
Reporter:,Editor:

Rabu, 09 March 2022 07:00 UTC

Tak Sanggup Lagi Merawat, Nenek Ini Serahkan Buaya Muara ke BKSDA

BUAYA MUARA. Buaya muara yang dirawat warga di Dusun/Desa Trawas, Kec. Trawas, Kab. Mojokerto, diserahkan ke BKSDA untuk dievakuasi karena sudah tak sanggup lagi merawat, Rabu, 9 Maret 2022. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Seorang nenek berumur 71 tahun, warga Dusun/Desa Trawas, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, tak sanggup lagi merawat buaya muara yang diberi nama Bejo yang diperkirakan berumur 38 tahun.

"Bejo soalnya sering saya tinggal. Khawatir saja. Kalau hujan, debit air kolam khan tambah tinggi, takut kalau lepas dari kolam. Jadi anak saya juga takut, mereka sudah tinggal di luar kota," ucap Sariati yang tinggal seorang diri di rumah, Rabu, 9 Maret 2022.

Bejo merupakan seekor buaya muara yang dimiliki suami dari Sariati sejak tahun 1984. Suaminya, Ahmad Sarfii, mendapatkan buaya sejak masih anakan dan kini buaya yang cukup agresif itu sudah berukuran hampir dua meter.

"Suami saya memang suka reptil, kalau temannya dapat biawak ya diterima. Bejo ini ya dikasih (diberi) temannya. Waktu dirawat almarhum suami saya manut (menurut), sekarang jadi ganas," ucapnya yang sudah ditinggal wafat suami sejak tahun 2016.

BACA JUGA: BKSDA Jatim: Buaya Muara Terjaring Warga Individu Serupa di Ngoro Mojokerto

Mbah Ati, sapaan akrabnya, mengaku saat almarhum suaminya ada, Bejo sangat jinak karena sejak kecil dirawat suaminya dengan kasih sayang. Bahkan, saat berukuran 40 sentimeter sering dibawa bekerja bersama hewan peliharaan lain seperti biawak dan bunglon.

"Dulu masih kecil segini (sambil menunjukkan ukuran menggunakan kedua telapak tangan) suka dibawa pakai mobil pas dinas kerja sama suami saya. Ya dimasukan ke dalam mobil sama biawak juga," ujarnya.

Kini, usai ditinggal suami, Mbah Ati sudah tak sanggup merawat Bejo yang terlihat begitu agresif. Sebab kebutuhan makan sehari-hari tak tercukupi.

Ia hanya bisa memberi makan kaki dan kepala ayam saja setiap harinya. Bahkan, saat Mbah Ati berkunjung ke rumah anak-anaknya, seringkali tidak diberi makan secara rutin.

"Saya kasih (beri) kaki ayam atau kepala ayam. Kadang kalau ada ayam tetangga mati, ya dikasihkan ke Bejo. Kalau saya ke anak-anak kadang suka takut lupa kasih makan. Saya minta tolong tetangga biasanya," kata Mbah Ati.

BACA JUGA: Heboh Puluhan Bunga Bangkai di Mojokerto, Tak Termasuk Jenis yang Dilindungi

Hingga akhirnya, ia memilih untuk memberitahu perangkat desa setempat jika sudah tak mampu merawat si Bejo.

Selain itu, adanya kekhawatiran saat hujan yang bisa membuat kolam tempat Bejo dirawat meluber hingga buaya yang relatif berukuran kecil diusianya ini bisa lepas.

"Makanya saya lapor Kades. Tadi juga sudah ada yang datang. Terus ini ada yang datang dari BKSDA katanya. Saya ingin Bejo dievakuasi saja," ucapnya.

Saat ini tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim dan warga sekitar sedang melakukan koordinasi untuk melakukan prosea evakuasi Bejo dari kedalaman kolam sedalam 1,5 meter di belakang rumah Mbah Ati.