Selasa, 22 November 2022 23:00 UTC
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi (tengah) saat konferensi pers, Selasa sore, 22 November 2022.Foto.OJK
JATIMNET.COM, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah merampungkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022. Sebanyak 14.634 responden dengan rentang usia 15 – 79 tahun dilibatkan dalam kegiatan itu.
SNLIK yang dilaksanakan di 34 provinsi yang mencakup 76 kota/kabupaten itu berlangsung sejak Juli hingga September 2022. Adapun metode pengambilan data menggunakan face to face dengan dukungan Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI).
Dari hasil survei itu diketahui indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia tahun ini sebesar 49,68 persen. Nilai itu meningkat dibandingkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) sebelumnya atau tahun 2019.
Sementara indeks inklusi keuangan tahun ini mencapai 85,10 persen meningkat dibanding periode SNLIK sebelumnya, yaitu 76,19 persen.
Bada Juga : Sosialisasi Fintech, OJK Ajak Tingkatkan Literasi Keuangan Digital
Hal tersebut menunjukkan gap antara tingkat literasi dan tingkat inklusi semakin menurun. Ini dari 38,16 persen di tahun 2019 menjadi 35,42 persen di tahun 2022.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi mengatakan ada beberapa parameter yang digunakan dalam SNLIK.Ini mulai dari pengetahuan, keterampilan, keyakinan, perilaku, dan sikap. Sedangkan survei inklusi keuangan menggunakan parameter usage.
Menurut Friderica, OJK mengutamakan agar gap antara literasi keuangan dan inklusi keuangan semakin kecil. Jika indeks inklusi tinggi memang bagus, tetapi apabila gap-nya jauh dari literasi keuangan, maka berpotensi menimbulkan masalah.
"Berarti banyak masyarakat yang menggunakan produk jasa keuangan tanpa memahami produk jasa keuangan yang digunakan," kata Friderica melalui keterangan tertulisnya, Selasa sore, 22 November 2022.
Baca Juga : Resesi Global Diperdiksi Berdampak pada Kredit Macet Pinjol
Dari sisi gender, indeks literasi keuangan perempuan meningkat secara signifikan. Bahkan, untuk pertama kalinya lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan meningkat menjadi sebesar 50,33%, sedangkan laki-laki sebesar 49,05%.
OJK memang menjadikan perempuan sebagai kelompok prioritas untuk dilakukan edukasi literasi keuangan. Sebab, memiliki peran penting perempuan dalam mengelola keuangan keluarga.
"Perempuan juga berperan penting dalam mengedukasi tentang keuangan kepada anak-anaknya," tutur Friderica.
Namun, untuk indeks inklusi keuangan laki-laki masih menjadi yang tertinggi dengan jumlah 86,28%, sedangkan perempuan 83,88%.
Adapun berdasarkan wilayah, literasi keuangan di perkotaan naik menjadi 50,52%, dari tahun 2019 sebesar 41,41%.
Sementara di perdesaan naik menjadi 48,43%, dari tahun 2019 sebesar 34,53%. Inklusi keuangan di perkotaan naik menjadi 86,73%, dari tahun 2019 sebesar 83,60%. Sementara di perdesaan naik menjadi 82,69%, dari tahun 2019 sebesar 68,49%.
Baca Juga : OJK Catat Penyaluran Kredit Tetap Tumbuh 11 Persen
Friderica mengatakan, OJK juga melakukan survei ke sektor syariah dengan indeks literasi keuangan syariah naik menjadi 9.14%, dari tahun 2019 sebesar 8,93%. Sedangkan, inklusi keuangan syariah naik menjadi 12,12%, dari tahun 2019 sebesar 9.10%.
Friderica menambahkan, peningkatan literasi dan inklusi keuangan merupakan kerja sama yang berjalan baik antara OJK, kementerian dan lembaga terkait, industri jasa keuangan, serta berbagai pihak lainnya.
Ini seperti Dewan Nasional Keuangan Inklusif dan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) yang saat ini jumlahnya meningkat menjadi 462 TPKAD di tahun 2022.