Logo

Sukses Budidayakan Pisang, Pemuda Mojokerto Ini Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan

Reporter:,Editor:

Selasa, 16 September 2025 07:00 UTC

Sukses Budidayakan Pisang, Pemuda Mojokerto Ini Raup Omzet Jutaan Rupiah per Bulan

Geral Hardiyanto, seorang pemuda di Dusun Dusun Pelabuhan, Desa Canggu, Kabupaten Mojokerto tengah mengamati pisang yang dibudidayakan di ladang yang disewanya. Foto: Dini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Usianya baru 25 tahun, tapi pencapaiannya tak bisa dianggap remeh. Geral Hardiyanto, warga Dusun Pelabuhan, Desa Canggu, Kabupaten Mojokerto ini sukses membudidayakan pisang dan meraup omzet jutaan rupiah per bulan.

Pencapaian ini bermula dari ketertarikannya tentang budidaya pisang. Hingga akhirnya, pemuda yang pernah bekerja sebagai cleaning service ini bertekad mengikuti pelatihan budidaya pisang di Kediri pada masa pandemi Covid-19 tahun 2020.

Keikutsertaannya dalam pelatihan tersebut dengan memanfaatkan waktu libur empat hari dari tempat kerjanya.

“Awalnya cuma penasaran. Tapi dari situ saya mulai coba-coba tanam sendiri, beli bibit, belajar dari nol,” cerita Geral kepada Jatimnet.com di ladangnya, Selasa, 16 September 2025.

Keisengan alumni SMK Taman Siswa Kota Mojokerto ini ternyata membuahkan hasil. Hanya dalam dua tahun, Geral sudah memahami sistem tanam dan panen. Ia akhirnya memutuskan menyewa lahan seluas 1.500 meter persegi di desanya.

Tujuh varietas pisang pun dibudidayakan, antara lain: ambon, cavendish, susu, mas kirana, raja, blar, dan tanduk

Pangsa pasarnya pun cukup spesifik, yakni instansi kesehatan dan rumah sakit di wilayah Mojokerto. “Pisang kami biasa dikirim ke rumah sakit, karena mereka rutin butuh buah segar untuk pasien dan staf. Jadi pasarnya stabil,” jelasnya.

Secara teknis, budidaya pisang juga relatif mudah. Menurut Geral, pisang cukup tahan terhadap panas dan tidak memerlukan banyak air. Cukup disiram sebulan sekali dan dirawat rutin seperti pemangkasan daun dan indukan, tanaman sudah bisa tumbuh optimal.

Untuk panen perdana, waktu tunggunya sekitar 9-10 bulan. Tapi setelah itu, generasi kedua bisa dipanen hanya dalam 6-7 bulan. Harga per tandan bervariasi, mulai dari Rp60.000 untuk pisang susu, hingga Rp90.000 untuk pisang ambon.

Dengan total 300 pohon yang ditanam, Geral bisa meraup omzet paling rendah Rp3 juta per bulan. Hasil yang cukup menggiurkan untuk usaha pertanian mandiri skala kecil.

“Saya ingin anak-anak muda nggak malu bertani. Justru ini peluang besar. Kalau tekun, hasilnya nyata,” ujarnya.

Kini, Geral tak hanya mengembangkan lahannya, tapi juga berbagi ilmu kepada pemuda desa yang ingin belajar bertani. Ia berharap lebih banyak generasi muda mau terjun ke dunia pertanian yang selama ini dipandang sebelah mata.

Di era digital dan urbanisasi seperti sekarang, kisah sukses Geral Hardiyanto menjadi menjadi bukti bahwa bertani tetap bisa menjadi jalan hidup yang menjanjikan. Namun, tetap harus dijalani dengan tekad dan konsistensi.

Kalau dia bisa, kenapa kamu tidak?