Logo

Stunting Bisa Rugikan Negara Rp300 Triliun Per Tahun

Reporter:

Minggu, 16 September 2018 06:04 UTC

Stunting Bisa Rugikan Negara Rp300 Triliun Per Tahun

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (topi putih) bersama Menkes Nila F. Moeloek memulai jalan sehat Kampanye Nasional Pencegahan Stunting. (Foto:Kantor Staf Presiden)

JATIMNET.COM, Jakarta – Sekitar 5.000 orang berkumpul di kawasan Monumen Nasional mendeklarasikan Kampanye Nasional Pencegahan Stunting, Minggu 16 September 2018. Stunting berpotensi menciptakan kerugian Rp300 triliun tiap tahunnya.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko mengatakan Kampanye Nasional Pencegahan Stunting ini merupakan implementasi dari Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo 16 Agustus 2018 lalu yang menegaskan bahwa pembangunan SDM diawali sejak dari kandungan. Pemerintah menargetkan prevalansi stunting dari angka 37,2% pada 2013 menjadi 28% pada 2019.

“Kalau kita cegah stunting dari sekarang, pada tahun 2040 nanti, ketika anak-anak ini berusia 22 tahun, mereka akan jauh lebih hebat daripada generasi sebelumnya. Ini investasi jangka panjang kita sebagai bangsa,” tegas Moeldoko.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya. Stunting menghambat perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Tinggi badan balita stunting lebih rendah daripada standar umurnya.

Stunting disebabkan oleh perilaku pola asuh dan pola makan yang tidak baik, serta sanitasi yang tidak bersih dan tidak sehat. Oleh karena itu, stunting hanya bisa dicegah dengan memperbaiki pola asuh, pola makan, dan menciptakan sanitasi yang bersih dan sehat.

“Stunting tidak hanya terjadi pada anak dari keluarga miskin. Stunting juga terjadi pada anak keluarga kaya, di kota maupun di desa,” kata Moeldoko.

Ketika beranjak dewasa anak stunting rentan terhadap penyakit, kurang berprestasi di sekolah, rentan mengalami kegemukan, dan ketika dewasa lebih mudah terkena berbagai penyakit tidak menular, seperti jantung dan diabetes.
Pada usia produktifnya, anak stunting berpenghasilan 20% lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal. Stunting bisa menurunkan Produk Domestik Bruto negara sebesar 3%. Bagi Indonesia, kerugian akibat stunting mencapai sebesar Rp 300 triliun per tahun.

“Apabila ini terus dibiarkan, Investasi apa pun yang dipakai pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia jadi tidak optimal,” kata Moeldoko.

BPS mencatat satu dari tiga anak bawah lima tahun (balita) Indonesia masih mengalami stunting (2013). Jumlahnya mencapai sembilan juta balita. “Jadi terima kasih kepada Ibu-ibu di seluruh Indonesia yang sudah merawat anak-anaknya dengan upaya memprioritaskan nutrisi dan gizi. Sehingga anak-anak kita tidak menderita stunting,” ucap Moeldoko.