Kamis, 21 February 2019 09:30 UTC
Petani Garut menanam bawang putih. Foto: Trubus
JATIMNET.COM, Surabaya - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur menyebut, harga bawang putih masih terkontrol di angka Rp 19 ribu perkilogram. Disperindag yakin harga bawang putih stabil lantaran stok bawang impor mencukupi.
"Di Magetan hampir tembus Rp 26 ribu, kemungkinan mahalnya harga bawang putih ini disebabkan oleh faktor distribusi. Dalam waktu dekat tim kami akan mengecek kesana untuk mencari tahu penyebab sebenarnya," kata Kepala Disperindag Jatim Drajat Irawan Kamis 21 Februari 2019.
Namun secara keseluruhan, mantan Biro Administrasi Pembangunan Setdaprov Jatim melanjutkan jika harga bawang putih masih dalam tataran normal. Seperti Probolinggo dan Kediri Rp 16 ribu perkilogram. Kemudian di Surabaya berkisar Rp 19-20 ribu perkilogram.
BACA JUGA: Impor Pangan Dibutuhkan untuk Jaga Stabilitas Harga dan Inflasi
Ia mengingat harga bawang mengalami lonjakan cukup signifikan pada bulan Maret tahun lalu. Saat itu harga bawang putih sempat berada di level Rp 27 ribu perkilogram.
"Tertinggi pernah Rp 27 ribu pada Maret 2018. Mungkin karena waktu itu distribusinya terganggu," bebernya.
Namun ia optimis kondisi tersebut tak terulang di tahun ini. Pasalnya, di gudang importir masih ada sekitar 580 ton bawang putih. Stok yang cukup untuk memenuhi kebutuhan beberapa bulan mendatang.
BACA JUGA: Kurangi Impor LPG, Pemerintah Fokus Tingkatkan Pembangunan Sambungan Jargas
“Kalau dilihat trennya sejak 2018 hingga Februari 2019, harga bawang putih hanya Rp 17-19 ribu perkilogram," urainya.
Pemprov Jawa Timur mengandalkan aliran impor untuk memenuhi kebutuhan bawang. Sejumlah negara pemasok bawang putih antara lain Tiongkok, India, Vietnam dan Mesir.
Sebab Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Jawa Timur mencatat produksi bawang putih masih minus. Diketahui produksi bawang putih pada 2017 hanya 761 ton. Padahal tingkat konsumsi sebesar 55.000 ton.
Terjadi minus sebesar 54.239 ton. Angka itu menunjukkan Jatim hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi sekitar 1,4 persen.