Minggu, 09 December 2018 23:30 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, SURABAYA - Beny Fajarai jeli melihat peluang sekaligus memanfaatkan trend media sosial di Indonesia. Pemuda berusia 27 tahun ini sekarang menjadi CEO qlapa.com, sebuah marketplace yang dirintisnya sejak dua tahun lalu. Dari modal Rp 500 ribu, situsnya kini masuk dalam daftar 10 besar lapak daring belanja kerajinan tangan di Indonesia.
Inspirasi usahanya ini muncul dari kejelian melihat potensi keuntungan jika menjual sebuah kerajinan lokal suatu daerah di tempat lain. “Saya pernah beli dompet kulit di Yogyakarta Rp80.000, tapi ketika sampai di Jakarta dengan kualitas yang sepadan harganya sudah Rp300.000. Dari sini saya yakin membuka bisnis cendera mata, karena melihat ada peluang di sini yang belum terjamah,” kata Beny, beberapa waktu lalu.
Ide itu kemudian diaplikasikan dengan mengulak kerajinan dari Bali dengan modal Rp 500 ribu. Ia lantas menjual kembali kerajian tersebut namun dengan memanfaatkan media sosial. Saat itu respons pembeli sangat positif. Barangnya dipesan dari berbagai daerah. Namun Beny tak berhenti di situ. Ia berani fokus dengan menggandeng kalangan profesional dan mendirikan lapak daring qlapa.com.
BACA JUGA: Satu Juta UMKM Jatim Dipersiapkan Masuk Marketplace
Lapak itu kemudian masuk dalam 10 besar lapak daring belanja kerajinan tangan di Indonesia. Majalah Forbes pun menobatkan Beny dalam daftar “30 under 30 Asia” di tahun 2016. Tahun pertama Forbes mulai mendaftar pemuda berpengaruh di Asia.
Menurutnya, terjun di bisnis jual beli online menuntut inovasi pemilik. Metode jual terbaik dibutuhkan untuk menjaga pelanggan datang kembali. Apalagi persaingan kini tak terbatas dengan penjual lokal saja. Dunia maya yang meleburkan batas geografis membuat produk kerajinan di tempatnya juga bersaing dengan produk luar negeri.
Namun Beny tetap optimis siapapun tetap bisa mendulang sukses jika jeli mencari celah. Sebab menurutnya ada pangsa pasar baru sebesar 15 persen setiap tahun, seperti yang telah dia rasakan. “Jangan mencoba berkompetisi dengan yang sudah ada, jangan coba untuk menyaingi Tokopedia atau Gojek karena itu sudah besar sekali. Coba cari celah lain, seperti jual kasur online, kan sekarang belum ada,” kata dia.
Peluang itu bisa jadi bukan sekadar isapan jempol. Penetrasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Dari 74 persen penduduk, pengguna internet saat ini diprediksi meningkat menjadi 83 persen pengguna pada tahun 2022.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini bahwa generasi ramah teknologi di Indonesia kini memberi akses pada perekonomian yang besar.
Terbukti, sejumlah raksasa bisnis daring di Asia Tenggara ada di Indonesia. Seperti Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Indonesia memiliki empat unicorn, bisnis rintisan yang bernilai di atas satu miliar dolar AS atau sekitar Rp13,5 triliun, seperti Go-Jek, Traveloka, Buka Lapak, dan Tokopedia. (Ant)