Sabtu, 21 December 2019 07:12 UTC
Kepala Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Setiajit
JATIMNET.COM, Surabaya - Seratuan tambang liar di Jawa Timur hingga kini masih melakukan aktivitas. Namun, Kepala Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Setiajit mengklaim jumlah tambang ilegal di Jawa Timur terus turun dibanding tahun sebelumnya.
Menurut catatanya, hingga saat ini, tahun 2019 sebaran tambang tidak berizin menyisakan 200 titik di Jawa Timur. Padahal sudah ada sekitar 100 tambang ilegal yang ditutup, setelah ESDM bersama Polda dan Polres se-Jawa Timur melakukan pemantauan.
"Sudah turun sebenarnya. Tahun 2018 lalu jumlahnya masih 401 titik," ujar Setiajit dikonfirmasi, Sabtu 21 Desember 2019.
Menurut dia, meski sudah dilakukan pemberantasan terhadap pelaku tambang ilegal di seluruh Jawa Timur, masih saja ada yang melakukan kegiatan dan belum juga jera.
BACA JUGA: Pemerintah: Baru 20 Persen Potensi Tambang di Jawa Timur Tereksplorasi
"Kami sudah terus berantas, hari ini banyak yang alat beratnya ditahan oleh kepolisian. Tapi ya begitu, masih belum ada jeranya," katanya.
Setiajit tidak menampik keberadaan tambang liar mengganggu ekosistem. Para penambang uang rata-rata adalah galian C tak pernah melakukan reklamasi. Padahal dengan rusaknya ekosistem berpotensi besar menimbulkan musibah banjir.
Tidak hanya itu, bekas galian tambang yang tidak dikembalikan seperti semula akan rawan menimbulkan kelongsoran. “Ini kami masih terus melakukan operasi secara berkala untuk memberantas tambang ilegal," katanya.
BACA JUGA: Warga Dua Desa di Probolinggo Blokade Jalan Menuju Tambang Pasir
Daerah yang kini mendapat sorotan baik dari Dinas ESDM, maupun kepolisian terkait aktivitas tambang liar adalah di sepanjang Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo. Terutama di wilayah Gresik, Lamongan, dan Tuban.
Para penambang ini, sebagian besar adalah pasir dan kapur. Di Lamongan dan Gresik misalnya, aktivitas tambang kapur yang marak. "Pasuruan sudah menipis dan di daerah Gresik, Lamongan dan Tuban cukup banyak. Lamongan kapur, Gresik kapur dan Tuban itu pasir silika," ujar Setiajit.