Sepi Job di Tengah Pandemi, Barongsai Jakarta Turun Gunung Ngamen ke Mojokerto

Dini

Reporter

Dini

Selasa, 28 September 2021 - 07:00

sepi-job-di-tengah-pandemi-barongsai-jakarta-turun-gunung-ngamen-ke-mojokerto

Pekerja seni Barongsai Indonesian Street Lion asal Jakarta saat ngamen di wilayah Mojokerto, Selasa 28 September 2021. Foto: Karin

JATIMNET.COM, Mojokerto - Lima pekerja seni Barongsai Indonesian Street Lion asal Jakarta terpaksa turun gunung ke Kota Mojokerto untuk mengamen. Lantaran, sepi mendapatkan job manggung di Ibu Kota hingga akhirnya tak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sejak pandemi Covid-19.

"Iya (selama pandemi), karena gak ada kegiatan juga sih. Nyari kerjaan juga susah sekarang," ucap Andre Liana salah satu kru barongsai asli DKI Jakarta, Selasa 28 September 2021.

Pemuda berusia 20 tahun tersebut mengungkapkan, ngamen keliling antar kota antar provinsi (AKAP), yakni dari provinsi satu ke provinsi lainya itu sudah berjalan sejak enam bulan lalu itu bersama empat rekannya, yakni berasal dari Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.

Meski ngamen yang dilakukannya  yang dilakukannya itu dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Andre sapaan akrabanya mengaku, sudah menetapkan alasannya ngamen keliling pada jelang perayaan imlek lima bulan lagi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Baca Juga: Ning Ita Luncurkan Pengamen Tangguh Kota Mojokerto, Pekerja Seni Produktif dan Aman dari Covid-19

"Kita keliling Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Perkumpulan kita dari Jakarta, tapi ini ngetem (berhenti/tinggal) di Surabaya," ujar Andre.

Pria yang menabuh simbal gong ini, mengatakan dia dan rekannya yang membawa tambur ceng, gerobak, dan barongsai kepala bebek sudah sejak Senin, 27 September 2021 kemarin berada di sepanjang jalan di Kota Mojokerto untuk mengamen sejak pukul 07.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

"Di Mojokerto sudah dua hari, terakhir besok. Pertama kita keliling di Jalan Majapahit, ini hari kedua keliling di Jalan Bhayangkara sampai perkampungan Jagalan sana," kata Andre yang menginap di rumah temannya di Centong, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.

Sebab pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas masyarakat di luar rumah sangat berdampak dalam mata pencaharian mereka yang melibatkan banyak orang dan menyebabkan kerumunan. Dia dan rekan-rekannya terpaksa harus mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga.

Baca Juga: Pengamen Gresik Sukses Menuju Kuliner Pentol Seafood

"Dampak (Covid-19) buat kesenian barongsai otomatis buat penghasilan berkurang, beda dengan tahun-tahun sebelum pandemi," ucapnya.

Kendati penghasilan yang didapat dari mengamen tidaklah lebih besar dari job menghibur dalam sebuah acara, atau undangan dari cafe ke cafe, hotel ke hotel yang mencapai ratusan ribu setiap jamnya. Mereka saat ini tetap akan berkeliling dari kota ke kota untuk tetap mengamen di jalan raya.

"Dibandingkan ngamen, sebenarnya lebih baik undangan. Sekali main perjam di kampung-kampung Rp500 ribu per satu jam. Kalau ngamen gak tentu, kadang dapat banyak, kadang gak. Paling banyak Rp1 juta atau Rp800 ribu perhari, paling sdikit Rp500 ribu atau Rp600 ribu perhati selama 10 jam," dia menceritakan.

Sementara, Liesawati, 49 tahun salah satu warga yang memberikan ampaunya ke seniman barongsai yang menghampiri cafe nya di Jalan Bhayangkara ini mengaku prihatin dengan kondisi sekarang.

Pasalnya, dengan adanya pandemi membuat pekerja seni barongsai harus rela turun ke jalan untuk mengamen. "Kasihan, prihatin saya. Semoga segera berlalu pandemi ini. PPKM juga berakhir, biar bisa menikmati lagi kegiatan barongsai. Mereka pekerja barongsai juga jadi tidak turun ke jalan untuk cari nafkah," memungkasi.

Baca Juga