Logo

Sembuh dari Covid-19, Kadinkes Kabupaten Mojokerto Berikan Tips

Reporter:,Editor:

Rabu, 06 May 2020 02:00 UTC

Sembuh dari Covid-19, Kadinkes Kabupaten Mojokerto Berikan Tips

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Mojokerto, dr. Sujatmiko. Foto: Dok.

JATIMNET.COM, Mojokerto - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Mojokerto, dr. Sujatmiko sembuh dari Virus Covid-19 usai jalani isolasi mandiri selama dua pekan. Ia sebelumnya masuk daftar Orang Tanpa Gejala (OTG) yang positif Covid-19 pada Jumat 24 April 2020.

dr. Sujadmiko mengaku kalau sudah dinyatakan negatif Covid-19 usai hasil rapid testnya non reaktif. Itu setelah menjalani isolasi mandiri selama dua pekan dan kembali menjalani swab yang hasilnya dinyatakan negatif Covid-19 dan rapid test non reaktif.

"Baru tadi (Selasa 5 Mei 2020) hasil swab PCR negatif Covid-19 dan rapid test non reaktif pada Selasa 5 Mei 2020, sekitar pukul 12.30 WIB keluarnya," ungkap Jatmiko saat dikonfirmasi Jatimnet.com melalui celuler, Selasa 5 Mei 2020 malam.

BACA JUGA: Kabupaten Mojokerto Terapkan Jam Malam selama Sebulan

Ia menjelaskan, awalnya menjalani rapid test Covid-19 yang hasilnya reaktif dan dilanjutkan swab PCR pada Selasa 14 April 2020 lalu. Setelah menunggu satu pekan, diirnya menerima hasil Swab PCR yang dinyatakan positif Covid-19.

Tak ayal, setelah mengetahui hasil tes positif Covid-19 dan rapid test reaktif, dirinya memutuskan untuk menjalani isolasi mandiri bersama istri di kediaman pribadinya. Tindakannya ini, patut diapresiasi karena terus terang menyampaikan kepada publik bahwa dirinya adalah OTG yang positif Covid-19

"Usai dua minggu isolasi mandiri di rumah. Saya kembali menjalani tes swab di Surabaya pada tanggal 24 April 2020 dan alhamdulilah sekarang hasilnya negatif dan rapid test non reaktif beserta istri juga negatif," ia memaparkan.

BACA JUGA: Domisili Surabaya, PDP Covid-19 di Mojokerto Meninggal

Ia juga menceritakan, kemungkinan terpapar saat bepergian menjalani tugas ke Jakarta di salah satu wilayah yang menjadi episentrum pandemi Covid-19 di Indonesia. Terhitung tiga kali bepergian-nya.

"Sepertinya saat itulah dimulai masa inkubasi virus itu, sempat tidak enak badan memang usai jalani perjalanan. Hanya saja dua pekan yang lalu kemungkinan saya terinfeksi kembali. Jadi tidak ada gejala sama sekali yang saya rasakan, coba-coba ikutan rapid test bersama-sama lah ko reaktif hasilnya, terus swab juga dan hasilnya positif," ia menerangkan.

Saat dimintai tips selama isolasi mandiri hingga dinyatakan negatif Covid-19, Jatmiko dengan gamblang membeberkannya, kedisiplinan dalam isolasi mandiri untuk tidak berkegiatan sama sekali di luar rumah. Menjaga kebersihan dilingkungan rumah, dan juga tetap mengenakan masker selama di dalam rumah.

"Ditambah makanan-makanan berimbang, tidur cukup, pikiran ikhlas, ibadah di utamakan. Konsumsi vitamin sesuai anjuran yaitu vitamin C, zinc, vitamin E, dan menerapkan sunah rasul yakni konsumsi habatus sauda," jelasnya.

BACA JUGA: Pasutri Positif Covid-19 dari Klaster Jakarta, Keluarga di Mojokerto Jalani Rapid Test

Ia juga menceritakan, kebiasaannya dalam mengkonsumsi empon-empon seperti jahe, kunyit, temulawak, plus madu tetap dikonsumsinya rutin setiap hari selama isolasi mandiri.

"Saya konsumsi juga propolis, terus berjemur, sama sauna juga. Paling penting fokus ibadah, termasuk puasa ramadan tetap saya laksanakan. Jangan pikirkan sakit, satu lagi kemanapun meski di rumah ataupun tidur tetap pakai masker, agar kekuarga yang kontak erat dengan kita tidak ikutan terpapar," jelasnya dengan semangat.

Menurutnya, bagi masyarakat yang sudah menjalani serangkaian tes Covid-19 harus  berani mengakui jika berpotensi terpapar maupun tidak.

"Kalau ada tes Covid-19 jangan mundur dan menutup-nutupi, harus dihadapi jika memang hasilnya positif segera lakukan isolasi mandiri atau sesuai protokol penanganan Covid-19. Namun kalau ada keluhan yang berat segeralah minta rujukan untuk dirawat di rumah sakit," himbaunya.

dr. Sujatmiko ingin masyarakat tidak memberi stigma negatif terhadap penderita Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri, dan keluarga mereka yang dirawat di rumah sakit.

"Pasalnya, stigma negatif masyarakat justru yang lebih berat daripada penyakit lainnya. Justru bisa menimbulkan kematian terhadap penderita, karena tekanan psikologis yang dialami pasien khususnya yang dalam kondisi sakit," imbuhnya.