Selasa, 21 June 2022 02:20 UTC
SAPI MATI. Warga Desa Pudak Kulon, Kec. Pudak, Kab. Ponorogo, mengangkut anak sapi perah yang mati diduga akibat PMK, Senin malam, 20 Juni 2022. Foto: Gayuh Satria
JATIMNET.COM, Ponorogo – Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan) Kabupaten Ponorogo mencatat hingga saat ini telah ada 132 ekor sapi perah yang mati akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Ponorogo.
Sedangkan jumlah sapi yang telah tertular PMK ada 5.652 ekor dengan 3.997 ekor sapi di antaranya sapi perah di Kecamatan Pudak. Bahkan dari data yang dirilis Kecamatan Pudak, angka kematian sapi akibat PMK mencapai 230 ekor terdiri dari 125 ekor sapi dewasa dan 105 ekor sapi anakan.
Kepala Desa Krisik, Erwan Santoso, menuturkan di desanya saat ini hampir setiap hari terjadi kematian sapi perah. Bahkan sejumlah warga juga telah bergotong royong untuk membuat pemakaman massal untuk sapi yang mati mendadak akibat PMK.
BACA JUGA: Tembus 4 Ribu Kasus PMK, Kabupaten Ponorogo Kekurangan Tenaga Medis Hewan dan Obat-obatan
“Sudah ada 900-an sapi tertular PMK di Desa Krisik. Bahkan untuk kasus kematian saat ini di Desa Krisik saja dirata-rata ada lima ekor sapi mati setiap harinya,” tutur Erwan, Selasa, 21 Juni 2022.
Bahkan untuk mengurangi kerugian peternak sapi perah, sebagian besar sapi yang masih sehat dan mampu berdiri terpaksa dipotong paksa dengan harga jauh di bawah harga pasaran. “Rata-rata hanya laku Rp1,5 juta sampai Rp3 juta,” ujar Erwan.
Sementara itu, Kepala Dispertahankan Ponorogo Masun mengatakan adanya perbedaan angka kematian yang signifikan akibat keterbatasan tenaga medis dan perlunya pengecekan lebih lanjut apakah benar sapi yang mati tersebut akibat PMK.
BACA JUGA: Dampak PMK, Harga Sapi Anjlok dan Pasar Hewan di Ponorogo Relatif Sepi
“Harus dicek apakah menunjukkan gejala klinis atau tidak, di-input (dilaporkan) ke dinas untuk penyajian data,” kata Masun.
Untuk itu, pihaknya saat ini lebih memfokuskan dalam penanganan PMK dan distribusi obat serta penambahan tenaga medis. Bahkan pihaknya juga melakukan penambahan relawan dari beberapa universitas untuk membantu para petugas medis dan paramedis hewan.
“Upaya kita saat ini lebih kepada pengobatan kuratif, ternak terjangkit, per kemarin. Kendala kita di tenaga medis, hari ini datang tujuh mahasiswa kedokteran hewan IPB, asisten di lapangan,” ujar Masun.