Jumat, 16 November 2018 06:29 UTC
Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto.
JATIMNET.COM, Surabaya - Ziarah kubur di makam almarhum KH Bisri Syansuri dilakukan Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor 2, Sandiaga Uno beberapa pekan mendapat respek dari para ulama dan kiai di Jawa Timur.
Para ulama dan kiai dari warga NU itupun mendatangi Posko Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-KH Ma'ruf Amin di Surabaya, Jalan Basuki Rachmat dengan bertemu ketuanya, Machfud Arifin.
Secara kebetulan di posko tersebut ada rapat konsolidasi yang dihadiri Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Hasto Kristiyanto.
Mereka menyampaikan mengenai sikap dari Sandiaga Uno, saat melakukan tabur bunga kemudian melangkahi makam almarhum KH Bisri Syansuri itu dianggap tidak beretika dan terpuji. Apalagi, makam yang dilangkahi itu adalah tokoh dan ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama (NU).
"Kami memahami kegusaran warga NU terhadap tindakan tidak terpuji Sandiaga yang melangkahi makam almarhum KH Bisri Syansuri," kata Hasto, Jumat, 16 November 2018.
Menurut dia, ziarah kubur haruslah dilandasi oleh niatan suci dan penuh rasa hormat. "Apa yang dilakukan Sandiaga mencerminkan dia lebih banyak mengeyam pendidikan Barat, sehingga tidak memahami kepribadian bangsanya sendiri," ujar Hasto.
"Bahaya kalau negara dipimpin oleh seorang yang tidak memahami kepribadian bangsanya sendiri, dan menjadikan ziarah kubur hanya sebagai pencitraan demi dapat dukungan keluarga Nahdliyin," tegas Hasto lagi.
Sekretaris PDI Perjuangan itu menjelaskan, ziarah dengan motif kekuasaan hanya menghasilkan karma politik. Apalagai yang dilakukan Sandi (Sandiaga Uno) itu telah menyentuh hal yang paling elementer terkait dengan karakter pemimpin yang seharusnya respek dengan tradisi keagamaan dan kultur bangsanya.
"Tidak heran kampanye belum lama berlangsung, mereka sudah tiga kali meminta maaf. Jadi pemimpin itu tidak boleh grusa-grusu, emosional, main ancam, dan jangan kedepankan pencitraan seolah agamis. Itulah akibatnya kalau kekuasaan dilakukan dengan cara tidak benar, seperti membeli rekomendasi Rp 1 Triliun," kata Hasto menanggapi keluhan warga NU tersebut.
Lebih jauh, Hasto mengingatkan, Jatim adalah pusat penggemblengan anak-anak bangsa dari perpaduan kalangan nasionalis-Islam yang sangat mengerti jiwa dan kepribadian bangsanya.
"Dapur kebangsaan itu (Jatim) menyala-nyala dan tak heran di Kota Surabaya ini semangat kepahlawanan itu muncul, semangat dedication of life itu berkobar demi mempertahankan nusa dan bangsa," ujar Hasto.
Oleh karenanya, kata Hasto, TKD, mesin parpol dan relawan di Jatim yang merupakan perpaduan jiwa nasionalis-Islam, harus bisa memenangkan Jokowi-Kiai Maruf yang merupakan cerminan dari perwakilan nasionalis dan Islam tersebut.
"Kita tidak hanya sekadar sedang memenangkan Pak Jokowi-Kiai Maruf, tetapi sedang memenangkan nasib kita, memenangkan masa depan bangsa dan negara Indonesia di tangan pemimpin yang lahir dari rakyat," katanya.