Selasa, 21 June 2022 05:40 UTC
Empat tahun rusak parah, bangunan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jotangan, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto tak tersentuh perbaikan sama sekali. Foto: Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Empat tahun rusak parah, bangunan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Jotangan, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto tak tersentuh perbaikan sama sekali. Kerusakan di bagian genteng dan plafon terlihat saat jatimnet.com ke lokasi sekolah di Jalan Raden Wijaya Nomor 134 A.
Dua ruangan, bahkan sudah tak bisa digunakan sejak sekolah kembali mulai dilaksanakan secara tatap muka. Yakni, ruang musala yang dipindahkan ke ruang kepala sekolah di bangunan lain, dan ruang UKS dijadikan satu dalam ruang perpustakaan di satu bangunan yang sama.
Sedangkan, satu ruang lainnya, yakni ruang guru masih bisa digunakan. Meski kondisi plafon sudah ada yang rusak, dan beberrapa bagian kerangka atap disangga mengenakan bambu. Hal ini tentunya, sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan para guru dan kepala sekolah yang hingga kini masih menempati ruang tersebut.
"Rusaknya sudah sejak empat tahun lalu (2018). Ada empat ruang, dulunya perpustakaan, UKS, musala, dan ruang guru," ucap Kepala Sekolah SDN Jotangan, Nurul Tri Musfida, Selasa, 21 Juni 2022.
Baca Juga: Wakil Bupati Mojokerto Perbaiki Sekolah Rusak dari Dana Pribadi
Nurul mengatakan, kerusakan sudah terjadi sejak tahun 2018. Namun, kondisi semakin parah sejak angin puting beliung merusak pepohonan di halaman sekolah dan menimpa atap bangunan pada dua tahun silam."Tepatnya 2019 lalu, karena waktu itu kena puting beliung. Tambah parah, sampai sekarang gak bisa digunakan siswa," ujarnya.
Dulunya bangunan utama ini merupakan ruang kelas siswa, hingga akhirnya dialihkan fungsi menjadi ruang musala, ruang UKS, ruang perpustakaan, dan ruang guru. Semakin kesini kerusakan semakin parah, hingga membuat dua ruangan tak bisa sama sekali digunakan. Yakni, musalla, dan perpustakaan.
Agar para siswa bisa menerima pembelajaran kerohanian, lanjut Nurul, ia harus memindahkan tempat ibadah ke ruang kerjanya sejak sekolah kembali resmi dimulai saat pandemi Covid-19. Sementara ruang UKS dijadikan satu dengan ruang perpustakaan, itupun anak-anak di larang masuk untuk beraktivitas di dalam ruangan yang kapan saja bisa alami kerusakan kembali.
"Ya, kalau ruang guru mau di pindah kemana lagi. Ruang kelas juga sudah terisi semua, terpaksa bertahan di sini. Kalau perpustakaan tetap dipakai untuk nyimpan buku saja, anak-anak dilarang kesini," ujarnya.
Baca Juga: Lima Tahun Rusak, Gedung SD di Mojokerto Tak Kunjung Diperbaiki
Pihaknya sudah berupaya dengan mengajukan proposal DAK ke Dinas Kependidikan (Dispendik) Kabupaten Mojokerto di tahun 2018 lalu untuk pengajuan perbaikan. Hanya saja, hingga saat ini masih belum terealisasikan oleh Dispendik. Tim dari Dispendik hanya datang melakukan survei saja tiga bulan lalu.
Nurul menambahkan, rehab tak kunjung turun akibat data dari dapodik yang tak sesuai dengan kondisi di lapangan. "Karena ruang kelas sudah cukup. Sedangkan untuk yang bangunan ini kan bukan ruang kelas, jadi data di dapodik kita tidak masuk rehab berat makanya tidak masuk dalam proyek DAK tahun ini," terang dia.
Meski begitu, Nurul mengaku, sebulan lalu Dispendik kembali mensurvei ulang kondisi sekolah dengan 112 siswa ini. Tim Dispendik menjanjikan SDN Jotangan baru akan mendapatkan rehab gedung tahun depan. "Bilangnya sepeti itu saat survei ke sini. Mudah-mudahan saja," ia memungkasi.
Sementara, siswa-siswa tetap terlihat antusias bermain sepakbola bersama di sekitar bangunan. Meski, begitu mereka berharap gedung sekolahnya segera diperbaiki. Sebab, ruang salatnya harus menempati ruangan kepala sekolah. "Pengennya cepat diperbaiki, kan kalau salat jadinya di ruang kepala sekolah. Jadi bisa ke perpustakaan juga, kalau nantinya diperbaiki," ucap Luko siswa kelas 3 ini.
