Rabu, 17 July 2019 14:49 UTC
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini
JATIMNET.COM, Surabaya – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berpendapat, sekolah swasta yang kekurangan siswa di tahun ajaran baru disebabkan persaingan kualitas sekolah dan pilihan wali murid.
“Ya ndak papa. Kan biaya operasionalnya kan kami bantu dia satu rombongan belajar (rombel). Tapi kan memang gitu itu tidak bisa kami paksakan, orang itu kan pasti memilih yang baik. Ya, kami nggak bisa. Pasti persaingannya pasti ketat,” jelas Risma saat diwawancarai di halaman Balai Kota, Rabu 17 Juli 2019.
Risma mengungkapkan persaingan tersebut tidak hanya berlaku di swasta, tapi juga sekolah negeri.
Menurutnya, jika kualitas sekolah negeri jelek, sekolah tersebut tidak akan laku. Sebaliknya, jika sekolah swasta bagus dan wali murid bisa membayar, pasti akan dipilih.
BACA JUGA: Kebijakan Tak Pasti, CIPS Minta Sistem Zonasi Dievaluasi
“Jadi memang seperti itu. Tapi yang jelas kami tidak merugikan bahwa mereka tetap bisa beroperasional, kami bantu per rombel. Orang kan nggak bisa dipaksa, ndak mau pasti. Pasti kan dia milih, gak bisa saya paksakan anakmu masuk kesini,” tutur dia.
Oleh sebab itu, lanjut Risma, setiap sekolah harus bisa menjaga dan meningkatkan kualitas sekolahnya.
Untuk dana Bopda dan mitra warga dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya hingga saat ini belum dibagikan ke sekolah.
Ia mengatakan, pihaknya tengah melakukan pemetaan serta pendataan terkait mana yang akan diberikan. Sehingga pemkot tidak serta merta memberikan bantuan tersebut.
BACA JUGA: Ragu Pagu Siswa Baru
“Kan harus di data yang bener, berapa orang disini. Kalau onok opo-opo piye? Dan itu sudah berlaku sekian tahun. Sekarang kami pun swasta masuk berapa, kami belum tahu detailnya, nanti dia ngajukan berapa,” kata Risma.
Seperti diketahui, SMP PGRI 17 hanya mendapatkan empat murid baru, SMP Among siswa ada empat siswa, hingga SMP Gatra yang hanya tiga siswa. Sekolah merasa siswanya kurang akibat Dinas Pendidikan Surabaya yang mengubah pagu SMP Negeri diluar kesepakatan.
Pagu yang bertambah di sekolah negeri membuat murid meninggalkan sekolah swasta.
“Hanya empat, sudah hilang sekarang. Sudah dipanggil negeri,” kata Kepala Sekolah SMP Among Siswa Sri Suharmini, pada Jatimnet sebelumnya.