
Reporter
A. BaehaqiKamis, 7 Mei 2020 - 04:00
Editor
Bruriy Susanto
Ketua Tim Gugus Tugas Covid-19 dr Joni Wahyuhadi
JATIMNET.COM, Surabaya - Sepekan sudah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Hasilnya belum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.
Ketua Tim Gugus Tugas Covid-19 dr Joni Wahyuhadi mengatakan, tren jumlah pasien konfirmasi positif terjangkit SARS CoV-2 atau Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di tiga daerah yang memberlakukan PSBB belum menggembirakan. Baik Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik sesuai data yang diumumkan kementerian kesehatan trennya naik.
Per Rabu 6 Mei misalnya, angka tambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 17 orang. Lalu Sidoarjo 11 orang tergolong baru yang terinfeksi, serta Gresik bertambah enam orang. “Dari ketiga daerah ini perlu dapat perhatian,” ujar Joni saat konfrensi pers di Gedung Negara Grahadi, Rabu 6 Mei 2020 malam.
BACA JUGA: PSBB di Jatim Belum Efektif Turunkan Angka Kematian Pasien Covid-19
Kondisi ini, kata Joni, juga terjadi pada angka Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Memang ada tren menurun untuk Sidoarjo dan Gresik, namun tidak untuk Surabaya. Sesuai data yang dirawat hari per hari masih terus bertambah.
Data yang diungkapkan Joni, jumlah PDP di Surabaya dalam tiga hari terakhir terbilang tinggi. Tanggal 4 Mei 2020, angka tambahan PDP sebanyak 56 orang. Kemudian 5 Mei 2020 terdata PDP baru 67 orang, dan 6 Mei 2020 PDP bertambah 32 orang.
Sementara untuk Gresik, tiga hari terakhir penambahan PDP berturut-turut dua orang. Sedangkan Sidoarjo dalam tiga hari terakhir masing-masing satu, nol, dan tiga orang. “Kita harus berupaya untuk Surabaya,” ujarnya.
BACA JUGA: PSBB di Rumah Sakit Jiwa
Bila pasien konfirmasi positif dan PDP menunjukkan tren yang belum menggembirakan, lain halnya dengan Orang Dalam Pengawasan (ODP). Menurut Joni sudah menunjukkan penurunan. “Tetapi sebetulnya kita harus waspada kalau PDP naik, ODP turun, ini harus kita analisis lebih dalam,” terangnya.
Pekerjaan rumah sekarang adalah menurunkan pasien positif dan PDP. Karenanya Joni meminta prinsip pengendalian Covid-19, yakni tes, treat atau penanhanan, isolasi, dan tracing atau pelacakan dilakukan secara maksimal.
Tes secara masif harus dilakukan, meskipun nantinya bakal menunjukkan penambahan pasien positif yang cukup besar. Namun justru memperlihatkan keberhasilan. “Ini tes belum masif, tapi ODP turun. Cuman ini perlu investigasi (analisa) yang lebih dalam lagi,” tegasnya.
Namun tidak bisa hanya itu saja, upaya pencegahan dengan social distancing yang ketat harus juga dilaksanakan. Sayangnya ini juga belum menunjukkan hasil. Harusnya, kata Joni, bila disiplin untuk social disntacing dapat dilakukan, ODP dan PDP turun. “Tapi tampaknya tidak demikian trennya. Ini perlu upaya yang lebih agresif,” tandasnya.