
Reporter
A. BaehaqiKamis, 25 Juni 2020 - 06:00
Editor
Bruriy Susanto
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya - Ketua Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur, Nursalam mengaku lega ketika pemerintah menjanjikan intensif bagi perawat Covid-19. Setidaknya itu akan menambah suntikan semangat.
Namun belakangan, kata dia, sampai saat ini yang sudah menerima intensif masih sangat sedikit. Di Jatim, baru sekitar 20 persen yang dibayarkan dari insentif yang dijanjikan. Ia berharap hal ini segera selesai. Mengingat banyaknya perawat yang gugur.
"Termasuk insentif yang diberikan sesuai atau tidak (harus diperhatikan). Karena dari yang dijanjikan pemerintah, baru 20 persen yang diberikan di Jatim itu. Yang lainnya belum semuanya," ujar Nursalam, Kamis 25 Juni 2020.
Selain intensif yang dijanjikan pemerintah, Nursalam juga meminta ada perhatian terhadap kebutuhan perawat lainnya. Mulai dari waktu istirahat, nutrisi perawat, hingga alat pelindung diri (APD).
BACA JUGA: 110 Perawat di Jatim Positif Covid-19
Ia menilai, tiga hal ini penting, seperti nutrisi dan penyediaan jaminan makanan hingga vitamin perawat juga harus diperhatikan. "Penyediaan APD dan (protokol) ketat dalam menggunakan APD sesuai dengan standar penangananan Covid-19, itu harus diterapkan. Kalau enggak berguguran semua perawat," terangnya.
Terakhir, ia berharap, pihak rumah sakit atau pemerintah daerah melakukan pemeriksaan secara massif dan berkala terhadap para perawat. Yakni dengan melakukan tes swab PCR rutin, setiap tujuh hingga 10 hari. Terutama perawat yang menangani Covid-19.
"Berikutnya kita minta perhatikan stigma, jangan sampai distigma di masyarakat. Misalnya perawat honorer karena positif (Covid-19) dilepas, termasuk di masyarakat gak diterima," tandasnya.
Data PPNI Jatim per Rabu 24 Juni 2020 menyebutkan, ada 124 perawat di Jatim yang terpapar Covid-19, 60 persen merupakan perawat di Puskesmas. Dari yang terjangkit virus SARS CoV-2 itu, sebanyak sembilan perawat dilaporkan meninggal.