Logo

PPKM, Tingkat Okupansi Perhotelan di Surabaya Kembali Menurun

Reporter:,Editor:

Rabu, 27 January 2021 06:00 UTC

PPKM, Tingkat Okupansi Perhotelan di Surabaya Kembali Menurun

HOTEL: Di tengah pandemi, hotel mengalami keterpurukan. Seiring dengan memasuki PPKM sejumlah hotel di Kota Surabaya okupansi-nya menurun salah satunya Quest Hotel Darmo Surabaya. Foto: Restu/Dokumen

JATIMNET.COM, Surabaya - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali tahap pertama yang berlangsung mulai 11-25 Januari 2021 lalu membuat tingkat okupansi (hunian) perhotelan di Surabaya Raya khususnya, kembali menurun.

Pasalnya, setelah sebelumnya di era adaptasi New Normal (kebiasaan baru) tingkat okupansi perhotelan perlahan mulai membaik. Namun hal itu rupanya tak berlangsung lama terlebih sejak adanya PPKM.

Di Quest Hotel Darmo Surabaya misalnya, General Manager David E. Susanto mengatakan, PPKM ini cukup memukul tingkat hunian dari hotelnya.

“Tentunya juga hampir sama dengan hotel-hotel lain. Beberapa event ada yang cancel, banyak tamu akhirnya memutuskan untuk menunda perjalanannya, jadi banyak tamu yang cancel di kami juga,” kata David, Selasa 26 Januari 2021.

Baja Juga: Disbudpar Jatim Klaim Okupansi Hotel Mencapai 70 Persen

Menurutnya, dengan adanya PPKM ini tentunya membuat tingkat hunian berkurang jauh sekali dari yang biasanya. Bahkan, David menyebut penurunannya hingga setengah dari tingkat okupansi saat era New Normal.

“Kemarin kita sempat hampir mendekati normal 60-70 persen. Sekarang kita kembali ke 20-30 persen dengan dominasi tamu dari area Surabaya saja, mengingat di daerah lain juga diselenggarakan PPKM. Penurunannya separuh sendiri dan itu cukup berat buat kami,” ia mengungkapkan.

Sementara, kendati PPKM Jawa-Bali diperpanjang mulai 26 Januari hingga 8 Februari 2021, David mengaku memahami dengan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Namun, ia menilai jika adanya PPKM tahap kedua juga harus disinkronkan antara kesehatan dengan ekonomi.

Baca Juga: New Normal, Tingkat Okupansi Hotel di Surabaya Alami Kenaikan

“Tentunya pemerintah mempunyai wawasan yang cukup luas bukan hanya untuk secara ekonomi saja, tapi mungkin untuk kesehatan secara menyeluruh. Namun tetap harus disinkronkan, terutama soal perhotelan.” ia menuturkan.

David pun berharap ke depan alangkah baiknya mungkin bukan pengetatan atau pembatasan kegiatan yang diberlakukan, tetapi lebih kepada protokol kesehatan yang diperketat. Sehingga tidak terlalu memukul perhotelan dan dunia pariwisata.

“Contohnya di hotel kemarin kita sudah menjalankan protokol kesehatan yang diminta oleh Kementerian Pariwisata dengan adanya CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability). Kami sudah memenuhi itu, lolos dan mendapatkan sertifikat. Itu artinya hotel sudah memenuhi syarat untuk tamu datang dan ada event di kami,” ia memungkasi.