Logo

PMI Mojokerto Usul Tiap Desa Bentuk Tim Pemulasaran Jenazah Covid-19

Warga Isoman Meninggal Dunia, Tanpa Ada Kontrol Tenaga Kesehatan
Reporter:,Editor:

Minggu, 04 July 2021 10:40 UTC

PMI Mojokerto Usul Tiap Desa Bentuk Tim Pemulasaran Jenazah Covid-19

DISINFEKSI. Kapolres Mojokerto AKBP Dony Alexander (kanan), Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati (kiri), dan pejabat Forkopimda setempat melakukan penyemprotan massal, Kamis,24 Juni 2021. Foto: Polres Mojokerto

JATIMNET.COM, Mojokerto – Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Mojokerto menyatakan dalam lima hari terakhir sudah delapan kali melakukan pemulasaran jenazah warga yang isolasi mandiri (isoman) akibat Covid-19.

Dari delapan warga yang isoman akibat Covid-19 tersebut, tidak ada riwayat perawatan oleh tenaga medis selama masa isolasi mandiri. Ini diduga akibat tenaga medis sudah kewalahan dan fokus menangani pasien yang dirawat di rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya.

Dari delapan warga yang isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19 itu, dua di antaranya adalah pasangan suami istri warga Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Bahkan hasil swab PCR keduanya positif Covid-19 pada Sabtu, 30 Juni 2021.

Kepala Seksi Penanggulangan Bencana PMI Kabupaten Mojokerto Didik Soedarsono menjelaskan satu per satu warga di Kecamatan Jetis, Kecamatan Puri, dan Kecamatan Dlanggu yang melakukan isolasi mandiri akibat Covid-19 meninggal dunia.

BACA JUGA: Sebaran Covid-19 Meningkat, Penyemprotan Disinfeksi Massal Digelar di Mojokerto

Bahkan tak ada riwayat tenaga medis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto yang melakukan perawatan terhadap mereka.

"Yang pertama itu (pasutri Jetis), mereka sudah kondisi lemah ketika ke RS sudah sulit. Memang RS sudah penuh, tapi apa tidak ada solusi untuk itu," kata Didik, Minggu, 4 Juli 2021.

Peristiwa seperti itu rupanya tak berhenti di situ. Kejadian sama terulang kembali kemarin sore, Sabtu, 3 Juli 2021, di Desa Gedangkluthuk, Kecamatan Puri. Awalnya satu warga isoman hendak dibawa ke RS tapi tidak ada RS yang menampung termasuk RS milik pemerintah.

"Akhirnya enggak (tidak) ada penanganan medis sama sekali. Kejadian seperti itu di Gedangkluthuk kemarin sore meninggal juga. Malah sudah tercatat tiga orang jadinya warga di Gedangkluthuk dengan hari ini," katanya.

BACA JUGA: Korban Jiwa di Klaster Lingkungan Mojokerto Kena Covid Kembali Bertambah, 12 Warga Positif

Selain semakin banyak warga yang isoman meninggal dunia akibat tidak ada perawatan daru tenaga medis, biaya pemulasaran jenazah mereka juga tidak ada yang menanggung, mulai dari pembelian peti dan kain kafan. Selain itu juga tidak ada tenaga atau petugas yang menangani pemulasaraan jenazah dengan standar protokol kesehatan bagi korban Covid-19.

"Yang jadi kendala juga ketika meninggal dunia keadaan isoman, ini beban biaya siapa yang nanggung," katanya.

Didik mengusulkan perlunya tim pemulasaran jenazah korban Covid-19 yang isolasi mandiri di rumah atau tempat tertentu. “Apakah tidak perlu dibentuk petugas pemulasaraan khusus. Dimana benar-benar pemulasaran warga isoman terpantau dan tertangani dengan betul oleh satu tim pemulasaran. Dipersiapkan mulai dari penyediaan APD petugas dalam pemulasaran jenazah. Sehingga tidak membebankan keluarga almarhum,” katanya.

Ia berharap setiap desa di 18 kecamatan di Kabupaten Mojokerto memiliki tim pemulasaran yang sudah dilatih SOP pemulasaran jenazah korban Covid-19.

"Misal kalau ada keluhan seperti kesulitan cari APD akhirnya dibebankan ke keluarga. Kita tidak minta dibayar, tapi kalau boleh bersaran, tiap desa harusnya punya tim pemulasaran kalau bisa dilatih," katanya.

BACA JUGA: Vaksinasi Covid-19 Massal Gratis di Mojokerto,  Sempat Terjadi Penumpukan Massa

Sebab menurutnya, jumlah warga yang isoman cukup banyak. Kalau tiba-tiba meninggal dunia secara mendadak bisa langsung dikuburkan tanpa harus menunggu berhari-hari baru dimakamkan.

"Total sampai hari ini delapan orang isoman yang udah kami makamkan, dua dari Balongmojo, Kecamatan Puri, dan satu dari Kecamatan Dlanggu," ucapnya.

Ia berharap pemerintah daerah memperhatikan penanganan warga yang isoman dengan memberikan asupan makan atau sembako hingga pengecekan kesehatan seperti yang dilakukan Pemerintah Kota Mojokerto agar kondisi warga isoman bisa membaik, bukan malah memburuk hingga meninggal akibat tak ada tenaga kesehatan maupun perangkat setempat yang mengontrol.

"Satu lingkungan isoman apa tidak ada nakes yang ngecek ke sana. Kasihan, minimal asupan makanan mereka disuplai, belum lagi cek kesehatannya. Gimana mau sehat kalau tidak dipantau," katanya.