Logo

Peternak Banyuwangi Ingin Bangun Wisata Edukasi Ternak

Reporter:,Editor:

Senin, 08 July 2019 16:25 UTC

Peternak Banyuwangi Ingin Bangun Wisata Edukasi Ternak

SERAP ASPIRASI. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mendengar aspirasi ratusan petani di Pendapa Sabha Swagata Blambangan, Banyuwangi, Senin 8 Juli 2019. Foto: Ahmad Suudi

JATIMNET.COM, Banyuwangi – Peternak kambing dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Ketapang, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, ingin membangun wisata edukasi ternak di sekitar kawasan pembangunan PT Inka.

Nur Ahmadi, salah satu peternak kambing di desa tersebut mengusulkan gagasan ini kepada Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam acara pertemuan silaturrahim di Pendapa Sabha Swagata Blambangan, Senin 8 Juli 2019.

Menurutnya, kampungnya berada di dekat lokasi pembangunan PT Inka, yang juga bakal memiliki wisata edukasi kereta api diharapkan bisa mendatangkan wisatawan ke kampungnya jika ada wisata edukasi ternak.

BACA JUGA: Festival Manten Nusantara Ajang Adu Kualitas Sanggar Rias Banyuwangi

"Kami ingin bangun wisata edukasi peternakan. Sebelumnya kan yang terbangun wisata-wisata lain," kata Nur Ahmadi, di depan Bupati Azwar Anas, Senin 8 Juli 2019.

Dia mengatakan, peternakan kambing di kampungnya telah tertata. Pasalnya setelah mendapat bantuan kambing, pihaknya mengikuti lomba video kreatif bertema satu rumah satu kandang.

Setelah peternakan di kampungnya tertata, Nur Ahmadi ingin memanfaatkannya menjadi destinasi wisata edukasi. Bupati Anas menyambut positif ide tersebut.

BACA JUGA: Sejumlah Nelayan Grajagan Nekat Melaut Meski Ombak Tinggi

"Jadi ingin orang yang ke musium PT Inka diarahkan ke destinasi edukasi ternak. Pendapatan warga akan bagus," kata Anas.

Dalam pertemuan itu Anas mengatakan ingin mengetahui apa saja prestasi pertanian di Bumi Blambangan. Dalam draft rencana kerja dan anggaran urusan pertanian tahun 2019 yang diunduh dari laman resmi Pemkab Banyuwangi, anggaran belanja daerah urusan pertanian diusulkan Rp 62 miliar.

Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan ukuran kesuksesan kinerjanya adalah mengatasi berbagai masalah pertanian. Bila produksi melimpah berarti kinerjanya bagus karena berhasil mengeliminasi berbagai masalah pertanian.

"Misalnya panen buah naga yang melimpah merupakan bagian dari keberhasilan kinerja kami," kata Arief.

BACA JUGA: Pesona Kebun Buah Naga di Banyuwangi yang Berhias Lampu

Panen buah naga di Banyuwangi melimpah awal tahun 2019 hingga melebihi daya serap pasar. Saat itu buah naga di tingkat petani dihargai Rp 2 ribu, bahkan Rp 1.500 per kilogram.

Hingga sebagian petani membiarkan buah naga membusuk di pohonnya karena enggan memanen. Sebagian berusaha menggunakan obat untuk menunda kematangannya sambil menunggu harga membaik.

Menurutnya perlu kinerja pihak lain sehingga hasil panen bisa masuk ke pasar yang lebih luas atau tertampung unit pengolahan makanan berbahan buah naga.

"Tapi sekarang sebagian sudah pindah ke tanaman lain karena menganggap buah naga tidak lagi menghasilkan," ujarnya.