Jumat, 10 August 2018 13:19 UTC
Empat elemen masyarakat melakukan aksi di Balai Pemuda dengan tuntutan penolakan perubahan nama Jalan Dinoyo dan Jalan Gunungsari, Jumat 10 Agustus 2018 di Balai Pemuda.
JATIMNET.COM, Surabaya – Perubahan dua nama jalan di Gunungsari dan Jalan Dinoyo mulai memantik reaksi. Setidaknya empat elemen dari Gerakan Peduli Rakyat Surabaya (GPRS) melakukan aksi unjuk rasa di Balai Pemuda, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jumat 10 Agustus 2018, sekitar pukul 13.00 WIB.
Aksi yang dilakukannya, mereka menuntut pemerintah provinsi Jawa Timur membatalkan perubahan dua nama jalan tersebut. Keempat elemen tersebut terdiri dari Keluarga Besar Rakyat Surabaya Perjuangan (KBRS Perjuangan), Arek Suroboyo Asli (ASA), Jaringan Rakyat Peduli Keadilan Indonesia (JARPEK Indonesia), dan Seduluran Saklawase Suroboyo (SSAS).
Raden Mueharjo salah seorang pelaku pejuang menilai, Jalan Gunungsari itu memiliki sejarah panjang. Di jalan yang memiliki panjang 2.000 meter itu pernah terjadi perebutan senjata pada peperangan antara pejuang Indonesia dengan tentara kolonial Belanda.
“Kita ke sini untuk mempertahankan Jalan Gunungsari, sebagai salah satu benih sampai Surabaya disebut Kota Pahlawan. Jika dipreteli nama jalan tersebut, jangan-jangan nama Surabaya Kota Pahlawan dicabut,” ungkap Mbah Raden Mueharjo salah satu pelaku pejuang saat dijumpai di lokasi aksi, Jumat, 10 Agustus 2018.
Hal senada juga disampaikan Mbah Marbai. Pria yang mengaku pelaku pejuang menyebutkan kedua jalan itu memiliki nilai hostoris yang tinggi. Dia tidak ingin sejarah yang tertulis di jalan tersebut tiba-tiba terhapus ketika sudah berubah nama.
Sementara itu, Ketua Japrek Indonesia Edi Firmanto menyebut banyak jalan yang belum memiliki nama dan nama asing. Terlebih di kawasan perumahan elite cukup banyak jalan dengan nama asing.
“Masih Banyak jalan lain di tengah pesatnya pembangunan Kota Surabaya yang belum bernama. Kenapa tidak dinamakan di sana?” ungkap korlop aksi unjuk rasa Edi Firmanto. Dia meminta nama yang sudah paten dan menjadi sejarah Kota Surabaya berdampak hilangnya salah satu ikon kota.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saling tukar jalan sebagai bentuk Harmonisasi Jawa-Sunda di Hotel Bumi 6 Maret silam. Pertemuan itu diinisiasi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Salah satu bentuk harmonisasi itu saling menukar jalan. Pemprov Jatim mengubah dua jalan di Surabaya, yakni Jalan Gunungsari diubah menjadi Jalan Siliwangi dan Jalan Dinoyo diubah menjadi Jalan Pasundan. Adapun Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengubah Gasibu Bandung menjadi Jalan Majapahit dan Jalan Kopo menjadi Jalan Hayam Wuruk.