Senin, 30 September 2024 07:55 UTC
Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Terenggono (tengah) saat melepas ekspor sarden ikan tuna produksi PT Pasific Masami Indonesia, Banyuwangi, ke Kanada, Senin, 30 September 2024. Foto: Hermawan
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan permintaan ekspor pasir laut mencapai 1 miliar kubik dengan penerimaan negara mencapai Rp66 triliun apabila permintaan tersebut dipenuhi oleh Indonesia.
“Permintaannya banyak. Kalau saya lihat dari jumlah permintaan, lebih dari 1 miliar kubik. Dari 1 miliar kubik saja, negara mendapat Rp66 triliun dengan (menggunakan) aturan yang sekarang,” kata Wahyu di Banyuwangi, Senin, 30 September 2024.
Namun, Wahyu tak merinci detail negara mana saja yang mengajukan permintaan dan hanya mengatakan bahwa ekspor pasir laut dilakukan sebagai upaya optimalisasi penerimaan negara, bukan hanya dari pajak, melainkan sektor lain yang alam berikan.
BACA: Empat Kontainer Tuna Kaleng Diekspor ke Kanada, Dilepas Menteri Kelautan
“Karena selama ini pasir laut banyak diambili secara ilegal dan negara tidak mendapatkan apa-apa,” ujarnya.
Selanjutnya, nilai Rp66 triliun dari 1 miliar kubik pasir laut adalah nilai yang besar dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan di sektor perikanan dan kelautan.
“Gede enggak? Gede! Buat membangun nelayan, buat membangun seluruh sektor kelautan lebih dari cukup,” ujarnya.
Wahyu menuturkan ekspor pasir laut diperlukan karena sedimentasi yang merupakan bagian dari oseanografi. Apabila didiamkan, terus menerus akan membentuk pulau baru.
BACA: Budidaya Lobster di Banyuwangi, Pertahankan Hidup Lobster hingga 80 Persen
Sementara apabila sedimentasi masuk ke wilayah vegetasi, justru akan merusak lingkungan yang berdampak pada nelayan tidak bisa melaut karena laut dan pelabuhannya dangkal. Ikan juga tidak bisa memijah dengan baik karena dangkal.
“Yang ekspor pasir laut bukan hanya Indonesia, tapi Australia ekspor, Jerman ekspor, banyak,” katanya.
Kebutuhan pasir laut untuk kepentingan reklamasi disebutnya juga banyak dibeli beberapa negara, antara lain Uni Emirat Arab, Jepang, hingga negara tetangga Indonesia, Singapura.
Namun ketika ditanya dampak lingkungan dan protes yang dilayangkan berbagai pihak termasuk dari kalangan politisi termasuk dari Partai Gerindra, Wahyu tak menjelaskan lebih banyak.
“Kalau politisi, ndak apa-apa lah,” katanya.
